Fuad Syarif Hidayatullah

Antara Cinta dan Nafsu

Jumat, 13 Desember 2013 | 0 komentar

Sobat sheriff-heedaya.blogspot.com  pasti di tempat kamu tinggal ada taman kota kan ya. Coba amati apa aja yang terjadi di taman kota saat pagi, siang, malam bahkan dini hari or subuh hari.  Kalo lagi nggak repot, boleh deh kamu itung ada berapa pasang manusia (lawan jenis) yang lagi ‘ehm ehm’(baca: ‘umbar nafsu’). Kalo di taman kota tempat saya tinggal (berbentuk siring di tepi sungai dan dihiasi lampu taman gitu), waduh… berita nggak enak dibaca, dilihat, bahkan didenger. Itu udah jadi konsumsi masyarakat. Di seberang taman  (dipisahkan oleh sungai besar) ada kedai makan di tepi sungai tempat dulu saya sering nongkrong bareng temen-temen.  Nah, dari kedai justru keliatan pasangan manusia lawan jenis yang lagi ngumbar nafsu di taman kota itu. Bahaya!

Continue Reading

Wanita Cantik Bertanya sama Ustadz Ganteng

Rabu, 13 November 2013 | 0 komentar


Bismillah....

Seorang wanita yang cantik dan gaul menemui seorang lelaki shalih yang belum menikah. Wanita tersebut heran dan penasaran mengapa ada seorang lelaki tampan, shalih dan ia adalah seorang ustadz muda ini tidak tertarik pada dirinya. Padahal banyak sekali laki0laki yang mengaharap cinta dan mengejar-ngajarnya. Akhirnya pada sebuah kesempatan kajian keislaman, wanita tersebut terpaksa memakai kerudung gaul danmemberanikan diri untuk bertanya pada lalki shalih nan tampan yang ia menjadi narasumber dalam kajian tersebut.

Wanita: "Ustadz muda yang tampan nan shalih, apakah dalam Islam ada istilah yang namanya pacaran?"

Ustadz: "Maaf mba, sebelumnya terimakasih sudah mendo'akan saya. Sejujurnya saya masih jauh dikatakan shalih, segala puji hanya mikil Allah SWT. Memang dalam al-Qur'an surat al-Isra' ayat 32 Allah menegaskan bahwa, "dan janganlah kamu mendekati zina; karena (zina) itu merupakan perbuatan keji dan sesuatu yang buruk." Nah, pacaran itu merupakan sesuatu yang mendekati kapada perbuatan zina"

Wanita: "Tapi bagaimana dong caranya kita kenal dengan calon suami kita. Emangnya kita mau beli kucing dalam karung?"

Ustadz: "Mba sepertinya orang cerdas. pasti bisa jawab pertanyaan ini, Coba kalau seorang penjual ingin dagangannya cepat laku. Apa yang mesti dia lakukan?"

Wanita: (Mengernyitkan dahinya) "Mm.. kebetulan saya dulu jurusan manajemen, saya coba jawab ya. Jadi gini ibu-ibu, sang pedagang pasti akan berusaha supaya si pembeli tertarik. Iklannya harus menarik, packagingnya harus keren, diskon besar, mm.. ya gitu deh. Ih ustadz kok malah nanya balik?"

Ustadz: "Terimakasih Mba, tepat sekali jawabannya. Itulah bedanya orang yang menikah dengan cara pacaran dan cara ta'aruf yang disukai Allah".

Wanita: "Maksud Ustadz gimana sih? Makin bingung deh! Iya kan jama'ah?" (Sambil melihat pada para jama'ah)

Ustadz: "Saat seseorang berpikir bahwa pacaran bisa membuat dirinya lebih mengenal calon pasangan hidupnya. Sebenarnya yang sedang dilakukan dirinya adalah memperindah kemasan alias topeng dirinya supaya calon pasangannya suka dengan dirinya. Misalnya: kalau jalan berdua pasti pake baju paling bagus, sisiran paling rapi, mobil kalau lelaki pake mobil bagus walau modal pinjem, sampe nraktir walau pake uang pinjaman kanan kiri. Wanitanya juga demikian, ia akan berdandan bak artis, pake make up tebal biar si pacar makin demen. Nah apakah selama 2 tahun jalan berdua mereka sudah mengenal 100 persen pasangannya? Saat menikah ketahuan deh ternyata lelakinya gak punya mobil, males-malesan, atau justru wanitanya cantik hanya saat dimakeup, konsumtif, dan bau badan misalnya. Wajar, kalau akhirnya banyak terjadi pacaran 7 tahun, cerai setelah 7 bulan nikah."

Wanita: "I.. iya juga sih Ustadz. Tapi bagaimana cara kita mengenal calon pasangan kita? Nikah kan sekali seumur hidup?"

Ustadz: "Inilah indahnya Islam Mba. Islam sangat menjunjung tinggi nilai pernikahan. Maka untuk masa pengenalan ada namanya ta'aruf. Dalam jangka waktu itu setiap pasangan diperkenankan mencari tahu selengkap mungkin tentang kepribadia, kesehatan juga latar belakang keluarga calon. Tentunya dengan tidak berdua-duaan, sms mesra, atau kegiatan yang mendekati zina lainnya. Kalau memang ada kepentingan bisa sms sekedarnya atau lewat perantara saudara. Saat ada yang mau didiskusikan untuk ke jenjang pernikahan harus ditemani mahromnya. Biar tidak terjadi fitnah".

Wanita: "Ribet banget sih.. Mau nikah aja sulit banget!"

Ustadz: "Lebih sulit lagi kalau orang tua membiarkan anak wanitanya jalan berdua dengan calon yang belum pasti menikahinya. Namun yang sudah pasti bermaksiat dengannya. Berapa banyak yang pulang hilang kehormatannya. Lalu dijauhi begitu saja oleh sang lelaki saat sudah menikmati manisnya? Disinilah Islam menjaga harga diri dan kehormatan wanita."

Wanita: (Mulai paham, dan merasa dirinya kotor) "Ustadz, tapi apakah seorang wanita yang banyak dosa dan masa lalunya kelam bisa dapatkan suami yang soleh?"

Ustadz: Jangan takut Mba, ampunan Allah begitu besar. InsyaAllah jika kita terus mensucikan diri maka Allah akan memberikan jodoh terbaik bagi diri kita. InsyaAllah"

Wanita: "Terimakasih Ustadz. Do'akan agar saya dan para wanita lainnya bisa bertaubat dan menjadi sebaik-baik wanita yang dicintai Allah dan mendapatkan jodoh lelaki soleh seperti Ustadz."

Ustadz: "Aamiin. Barokallahufikum"
Continue Reading

Sangat Pantas Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu

Selasa, 12 November 2013 | 0 komentar

Bismillah…

Ketika kita melihat ibu melahirkan, maka ia sungguh sesuatu yang penuh pengorbanan, sungguh penuh keharuan, sungguh penuh deg-degan dan penuh rasa syukur. Maka sangat pantas surga di bawah telapak kaki ibu. Tidak hanya itu pengorbanan seorang ibu, melainkan pengorbanan seorang ibu jika satu persatu didaftarkan tak sanggup di-list.

Mulai awal mengandung hingga menyempurnakan setengah dien seorang ibu selalu mencurahkan rasa cinta pada anak dengan cinta berlandaskan syariah, tak pernah ia membenci anak terlahir dari kandungannya walaupun terkadang anak tak merespon cinta tersebut dengan cinta.

<3 Kemudian sang ibu begitu pasrah aurat terlihat demi penyelamatan bagi bayi. Padahal bertahun-tahun aurat ditutup dengan rapat bahkan menutup aurat tersebut dengan kerudung yang panjang dan baju tak pernah menampakkan liku-liku tubuh… “itu semua demi si buah hati”. <3

<3 Terkadang perjuangan seorang ibu sering kali kita lupakan, sering pula dibalas dengan rasa kebencian, sering pula kita mencaci dengan kata tak memiliki rasa, sering pula kita mengecewakan mereka, sering pula membuat kita menjauhi mereka, sering pula sibuk menghabiskan waktu dengan karier tanpa menanyakan mereka. <3

Sungguh tersadari, sungguh mengantamkan jiwa, sungguh menggelitik pemikiran ia sebagai seorang wanita yang insya Allah jika suatu saat akan diamanahkan untuk menjadi ibu yang di bawah kakinya terdapat surga….”Allahuma amin” akan ia jalani dengan cinta dan keikhlasan agar di suatu masa nanti ia mampu menjawab pertanyaan dari Allah tentang amanah yang berat diembankan pada ia.

Ya Allah, bagaimana perasaan mereka ketika mendengar tangis pertama anak mereka tentu penuh kegembiraan, tentu tangisan anak terlahir dari kandungan mereka adalah harta berharga bagi mereka, tentu tangisan itu juga merupakan obat yang menghilangkan rasa sedih, rasa duka dan rasa sakit saat mereka mengandung bayi selama sembilan bulan.

Ketika melihat ibu muda itu melahirkan saat itu pula bertanya dengan jiwa ini, apakah mungkin mampu meraih predikat surga di telapak kaki ibu? Untuk menjadi ibu yang dicap surga di kaki ibu butuh sebuah pengorbanan keikhlasan, butuh kesabaran, butuh kedekatan diri pada Allah, dan butuh ilmu sangat banyak karena dari tahun ke tahun tantang untuk menjadi seorang ibu shalihah plus surga di kaki ibu begitu dahsyat.

<3 Mari bagi kita masih Allah karuniakan ibu mengelus kita, masih Allah beri kesempatan untuk merasa indahnya pelukan ibu, masih Allah karuniakan ibu yang begitu shalihah, masih Allah beri kenikmatan untuk bercerita indah dengan ibu dan masih Allah berikan bersua dengan senyum ibu yang begitu tulus menyambut kita ketika pulang dari sekolah, pulang dari kerja, pulang dari perantauan dan pulang dari berjalan. <3



Kita bahagiakan mereka, kita hubungi dia untuk menanya kabar mereka, kita berikan hadiah special teruntuk mereka seperti mereka mencintai kita dengan penuh kespesialan dan tak henti-hentinya kita berdoa buat mereka agar Allah panjangkan umur mereka supaya kita bisa membahagiakan mereka dunia dan akhirat. Allahuma amin..

Bagi ibu muda dan ibu-ibu di seluruh dunia berbahagialah kalian sesungguhnya pengorbanan siang dan malam kalian sesungguhnya sudah Allah catat sebagai amal yang sangat mulia, insya Allah semua itu dibalas dengan surga seperti kita dengar bahwa surga ada di telapak kaki ibu. Tidak hanya itu yang akan peroleh sesungguhnya pengorbanan itu pula akan mengantar kalian untuk bertemu dengan Rabbi, Rasulullah dan para sahabat di surga firdaus.

Jika melihat balas seperti itu tentu kita ingin menjadi ibu yang di bawah kaki terdapat surga yang begitu harum. (dakwatuna)



Mama Bunda Ummi Apa-pun Namanya

Melihat paras nan teduh
Suara sejuknya tegarkan diriku
Betapa suka jiwa nanda
Ceria hatiku bersamanya,,

Mencium Aroma Lezat 
Terbayang masakan tercipta nikmat
Betapa suka jiwa nanda
Ceria hatiku bersamanya,,

Bersama seorang wanita
Yang telah melahirkan nanda 
Bersama seorang mama,, bunda,, ummi,, apapun namanya.. 

Bersyukur kepada Allah 
Bibir ini mengucap Hamdallah 
Cintanya,, kasihnya,,  semuanya 
Dia beri dengan tulus..

Walaupun terkadang Ummi alpa 
Kadang dia juga suka marah-marah 
Tapi ummi tetap yang terbaik bagi nanda 
Selamanya...


By: ANN Jateng (Asosiasi Nasyid Jawa Tengah)
Continue Reading

Pemuda Mewarnai Peran-Peran Kehidupan

Senin, 11 November 2013 | 0 komentar

Apa yang harus dilakukan anak muda itu sama seperti yang mesti dilakukan seorang petani. Ia wajib mempersiapkan diri untuk menghadapi musim hujan. Bila ia menghabiskan seluruh hasil panennya, tentu ia akan miskin saat sudah tidak panen lagi. (Ibnu al Jauzi, Shaid Al-Khâtir)

Berbicara tentang pemuda maka ada banyak cerita inspiratif yang akan terpapar. Mulai dengan semangat tingginya dalam menjalani hidup. Tentang perannya yang begitu besar. Fisiknya yang kuat. Pemikiran dan ide-idenya yang cemerlang. Dan tentang kesempatan emas ini; masa muda untuk apa ia habiskan. Apakah untuk amal kebaikan atau keburukan. Tapi semoga kita termasuk ke dalam segolongan pemuda yang selalu berada dalam koridor kebaikan dan petunjukNya seperti yang tercantum dalam surat Al-Kahfi [18] ayat 30, “Sungguh, mereka yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Kami benar-benar tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang mengerjakan perbuatan yang baik itu.” Dan surat Al-Kahfi ayat 13, “Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.”

Continue Reading

Jadikan Facebook Sebagai Ladang Pahala

| 0 komentar

Udah punya akun Facebook belum?

Fakta menunjukkan Facebook adalah layanan jejaring sosial yang paling banyak digunakan menurut jumlah pengguna aktif bulanan di seluruh dunia.

Apa yang sering Anda perbuat di dunia maya ini? Curhat pacar, pamer foto, gosip sana-sini. Taukah Anda? Facebook dapat menjadi ladang keberuntungan.

Facebook sebagai sarana berinteraksi dapat membawa manfaat bila bertujuan untuk kebaikan seperti bersilaturahim, menuntut ilmu, dan dakwah. Pengertian dakwah dapat diartikan menyeru atau mengajak kebaikan dalam rangka taat kepada Allah.  Siapa saja yang berkewajiban berdakwah? Sering kali kita mengira bahwa berdakwah hanya tugas dari ustad atau ulama, sunguh keliru perintah ini bersifat universal bagi seluruh umat islam sebagaimana firman Allah SWT dalam QS An Nahl: 125: “Serulah manusia ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.” Apa fungsi berdakwah? Dapat kita simpulkan menjadi 2 garis besar yaitu untuk memperbaki iman kepada Allah SWT dan membentuk muslim yang lebih berkualitas baik dari segi akhlak, amal, dan imannya. Terbukti dengan berdakwah akan tercapai kehidupan yang mulia yaitu seluruh insan yang beriman kepada Allah SWT dengan jalan yang benar tidak sekedar islam KTP.

Sahabatku coba bayangkan,  berapa banyak pahala yang bisa kita jaring Berdakawah via Facebook? Semakin  banyak yang membaca maka semakin banyak pahala. Belum lagi keutaam dakwah yang lain sebagaimana rasul bersabda, ” Sesungguhnya Allah, malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan di lautan, mendoakan kebaikan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Tirmidzi shahih)

Secara umum  fitur dalam Facebook terbagi  3 bentuk yaitu  tulisan, video, link, dan foto. Media untuk mempublikasikan yang dapat kita gunakan diantaranya melalui dinding sendiri, dinding teman, group, atau halaman penggemar (Fans Page). Group adalah sarana unutuk membentuk komunitas antar teman, alangkah baiknya bila kita membuat komunitas dakwah untuk saling berbagi ilmu. Halaman penggemar (fans page) fitur yang dapat dipakai menyebar luaskan dakwah keseluruh pengguna facebook, selain itu terdapat menu untuk memantau jumlah penggemar dari fitur ini. Jangan lupa agar lebih efektif  sebelum menyebarkan dakwah, terlebih dulu tandai/ tag nama teman kalian. Warning! Usahakan saat berdakwah hindari menyudutlkan unsur  SARA. Seringkali tanpa sadar dapat membawa fitnah oleh karenanya perlu hati-hati sesuaikan dengan situasi dan kondisi.

Berapa banyak orang terjerumus dosa lantaran dunia maya?
Menulis status-status seperti menggunjing, Mengumbar foto aurot, mencela sesama muslim dll.  Coba banyangkan? Bila diketahui banyak orang berapa banyak kiriman dosa yang datang. Mari sudahi semua sebelum penyesalan jadi taruhan. Buktikan  cintamu kepada Allah dan Rasul dengan mematuhi perintahnya serta meneladani  perjuangan rasul semasa  hidupnya berdakwah hingga ajaran  islam menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Marilah kawan kita berlomba-lomba dalam  kebaikan sebagaimana Allah perintahkan dalam QS. Al baqoroh 148, ” maka berlomba-lombalahlah berbuat kebajikan.”

Jadikan jejaring sosial sebagai  ladang dakwah.  Semakin besar kepedulian kita untuk umat yakinlah  Allah SWT akan balas perjuangan kita dengan pahala yang lebih baik kunci meraih kebahagiaan dunia akherat. Amin. (voa-islam)
Continue Reading

Kendala Sirna Karena Takwa

| 0 komentar

Tak sedikit orang yang berpikir, bahwa hidup tanpa aturan halal haram lebih berpeluang untuk mendapatkan kemudahan. Dengan tanpa aturan mereka merasa memilki lebih banyak pilihan dan jalan. Ingin sukses menjadi pejabat, ingin menjadi orang kaya, ataupun keinginan lain yang disangka mendatangkan kebahagiaan dirinya. Tak peduli dengan cara suap, penghasilan riba, menjual makanan yang haram, menanggalkan syariat demi sebuah karier yang kesemuanya terbebas dari pertimbangan syar’i.

Begitupun dalam menghadapi solusi dari setiap problem yang dihadapi. Tanpa mengindahkan batasan syariat, mereka merasa lebih leluasa untuk mencari jalan keluar. Mereka bisa mencoba semua cara yang pernah dilakukan manusia. Baik tatkala menghadapi problem pekerjaan, terlilit hutang, berurusan dengan perselisihan, atau sakit yang tak kunjung sembuh. Mereka bisa mengenakan jimat, mendatangi dukun, berbohong dan cara-cara lain yang rasional maupun tidak, tanpa dibayang-bayangi oleh norma syar’i, halal ataukah haram.

Begitulah logika hawa nafsu yang tidak mengenal Sang Pencipta. Seakan alam ini berjalan begitu saja tanpa ada yang mengaturnya. Seakan kejadian dan peristiwa itu bisa terjadi tanpa kehendak-Nya.
Urusan Mudah dengan Takwa

Berbanding terbalik dengan logika iman yang Allah ajarkan. Justru dengan takwa, segala urusan menjadi mudah. Dengan membatasi diri dengan yang halal, dan meninggalkan semua cara-cara haram, kemudahan akan didapat. Bukankah Allah yang menciptakan manusia, Dia pula yang paling tahu tentang kebutuhan hamba-Nya, dan jalan apa yang paling mudah untuk meraihnya. Maka Allah menggariskan jalan berupa syariat kepada manusia. Dengannya manusia akan berhasil menemukan keberuntungan dan kemaslahatan yang didambakan, asal mereka sudi menempuh jalannya.

Taat terhadap perintah dan larangan syariat inilah realisasi dari takwa. Makin taat terhadap aturan, makin mulus jalan bagi seseorang untuk meraih tujuan. Tidak mungkin dia akan dikecewakan. Karena mustahil Allah mengingkari janji-Nya, mempermainkan atau menzhalimi hamba-Nya yang telah tunduk dan taat di atas aturan yang digariskan-Nya. Allah telah berjanji,
“Adapun orang yang memberi dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (jannah), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (QS. 92:5-7)

Itulah kabar gembira bagi orang yang berbekal takwa dalam memburu kemaslahatan. Dia akan dimudahkan dalam segala urusan kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat. Bukan saja kemudahan tatkala mendapatkannya, tapi juga berupa ketenangan, kenyamanan dan kebahagiaan yang menyertainya. Orang yang bermuamalah dengan jujur misalnya, maka Allah akan memudahkan urusannya dan memberkahi usahanya. Dan setelah tujuan itu tercapai, pun tidak menyisakan was-was atau kekhawatiran, karena ash-shidqu thuma’niinah, kejujuran itu membawa ketenangan.

Pada ayat berikutnya, Allah menyebutkan yang sebaliknya. Ada kabar buruk bagi orang yang tak mengindahkan takwa, yakni berupa jaminan kesulitan dan kesukaran yang akan ditemuinya. Allah berfirman,
Dan Adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (QS al-Lail 8-10)

Ada yang menarik dari dua kondisi berkebalikan yang disebutkan di atas. Sudah sangat maklum ketika Allah menyebutkan, kebalikan dari memberi adalah bakhil, kebalikan dari membenarkan adalah mendustakan, dan kebalikan dari kemudahan adalah kesulitan. Tapi, kenapa Allah menyebutkan kebalikan dari ‘ittaqa’ (takwa) adalah ’istaghna’, merasa tidak butuh (terhadap pertolongan Allah)?

Ada jawaban yang memuaskan dari Ibnu Qayyim al-Jauziyah tentang hal ini, sebagaimana beliau sebutkan dalam kitabnya At-Tibyaan fii Ahkaamil Qur’an. Beliau menyebutkan, bahwa orang yang bertakwa, tatkala menyadari betapa mereka itu fakir di hadapan Allah, dan amat membutuhkan pertolongan Allah, maka dia takut mengundang murka dan kemarahan Allah, takut melanggar apa yang dilarang oleh Allah. Sungguh ini adalah argumen yang sangat tepat. Bagaimana mungkin seseorang berani membuat kecewa dan sengaja memancing kemarahan Dzat yang berwenang dan Kuasa memberikan segala sesuatu atau mencegahnya?

Maka tepat jika disebutkan bahwa kebalikan dari takwa adalah ’istaghna’, merasa tidak butuh pertolongan Allah. Orang yang tidak merasa butuh pertolongan-Nya, maka dia tidak peduli atas segala tindakannya. Dia tidak takut bermaksiat dan mengundang murka-Nya. Maka sebagai balasan dari rasa congkaknya itu, Allah akan menimpakan kesulitan yang senantiasa mengepungnya dari segala arah. Hingga sulit baginya mendapatkan kemaslahatan hakiki yang menenangkan jiwa dan hati.

Sekilas ada yang janggal, karena faktanya banyak orang yang menempuh jalan haram, namun dengan mudah bisa mencapai tujuannya. Mari kita renungkan dengan seksama, apakah benar mereka mendapatkan kemudahan? Karena ukuran kemudahan itu tidak hanya diukur dari start seseorang memulai usaha sampai tujuan teralisasi. Namun juga melihat resiko di belakangnya. Bagaiamana dikatakan kemudahan, jika setelah tujuan tercapai justru membawa efek kegundahan dan kekhawatiran di belakangnya? Atau bahkan resiko yang lebih besar serta berefek pada keruwetan yang berkepanjangan? Mungkin orang bisa cepat kaya dengan korupsi, tapi apakah ini berarti kemudahan? Bukan..! sekali lagi bukan! Karena hati maling tak pernah tenang, takut jika perbuatannya diketahui. Dan tatkala aksinya benar-benar ketahuan, buntutnya adalah problem berkepanjangan. Ini hanya sekedar sampel, namun begitulah ujung dari semua cara meraih tujuan yang tidak memenuhi unsur takwa, sulit dan rumit. Belum lagi kesusahan yang lebih berat dan lebih kekal akan mereka alami di akhirat kelak, nas’alullahal ’aafiyah.

Kendala Sirna Karena Takwa
Di samping memuluskan jalan meraih kebaikan dan kemaslahatan, takwa juga menjadi solusi mujarab atas semua problem yang dihadapi manusia. Abu Dzar radhiyallahu ’anhu menceritakan, bahwa suatu kali Nabi saw membaca firman Allah,
”Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS ath-Thalaq 2-3)

Beliau mengulang-ulang ayat itu kemudian bersabda,
ياَ أَباَ ذَرٍّ لَوْ أَنَّ الناَّسَ أَخَذُوْا بِهاَ لَكَفَتْهُمْ
”Wahai Abu Dzar, seandainya manusia mengambil (cara) ini, niscaya akan mencukupi mereka.” (HR al-Hakim beliau mengatakan, sanadnya shahih. Adz-Dzahabi juga menyebutkan dalam at-Talkhis bahwa hadits ini shahih)

Ayat tersebut tidak menyebutkan jalan keluar dari problem apa, ini menunjukkan keumuman makna. Artinya, bahwa takwa menjadi jalan keluar bagi seluruh problem yang di hadapi manusia. Abu al-Aliyah menafsirkan ayat tersebut, ”Yakni jalan keluar dari segala kesulitan. Ini mencakup segala kesulitan di dunia maupun di akhirat, serta kesempitan di dunia maupun di akhirat.”

Inilah resep paling ampuh untuk mengatasi segala masalah. Solusi yang tak mungkin salah. Karena berasal dari Dzat yang Mahatahu dan Mahakuasa atas segala sesuatu. Banyak sudah bukti yang dirasakan oleh orang-orang yang berusaha merealisasikan takwa. Ibnu al-Jauzi adalah salah satu orang yang telah merasakan khasiatnya. Sebagaimana pengakuan beliau dalam kitabnya ’Shaidul Khaathir’, di mana beliau berkata, ”Suatu kali saya mengalami problem yang rumit. Urusan yang menimbulkan kegundahan berkepanjangan. Lalu aku berpikir keras untuk mencari solusi dari kegelisahan ini. Dari segala solusi yang mungkin, saya kaji dari berbagai sisi, namun saya belum juga mendapat jawaban yang memuaskan. Lalu ditawarkan kepadaku solusi dari firman-Nya,
”Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar.” (QS ath-Thalaq 2)

Lalu saya pun tahu, bahwa takwa adalah solusi paling handal untuk menyudahi segala kegundahan. Maka setiap kali saya berusaha merealisasikan takwa, disitulah saya dapatkan jalan keluar.”

Adapun, cara-cara yang dilakukan oleh orang-orang fajir, meski sekilas tampak ada penyelesaian dari satu sisi, namun dampak negatif yang ditimbulkannya lebih luas dan lebih berat lagi. Karena Allah menjanjikan kesulitan bagi mereka yang melanggar rambu-rambu yang telah ditetapkan oleh Allah. Mereka yang lebih percaya dengan jimat, dukun ataupun cara haram yang lain, tak mungkin mendapat solusi yang memadai. Begitupun orang yang tak merasa butuh dengan pertolongan Allah, dan hanya mengandalkan kekuatan fisik dan akalnya semata. Justru rasa takut yang makin akut, depresi yang terus menghantui dan keruwetan yang menjadi-jadi, laksana benang kusut yang tak jelas pangkal dan ujungnya. Belum lagi kesulitan akhirat yang lebih berat dan lebih abadi. Allahumma rahmataka narju, wa laa takilna ilaa anfusina tharfata ’ain. (Ust. Abu Umar Abdillah)
Continue Reading

Kisah Qarun Menurut Al Qur`an

Sabtu, 09 November 2013 | 0 komentar

Allah swt berfirman,

”Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: ‘Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri’. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.” ”Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”.

Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar.” Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu. berkata: “Aduhai. benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (ni`mat Allah).” Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Qashash: 76-83)

Qarun adalah sepupu Nabi Musa, anak dari Yashar adik kandung Imran ayah Musa. Baik Musa maupun Qarun masih keturunan Yaqub, karena keduanya merupakan cucu dari Quhas putra Lewi, Lewi bersaudara dengan Yusuf anak dari Yaqub, hanya berbeda ibu. Silsilah lengkapnya adalah Qarun bin Yashar bin Qahit/Quhas bin Lewi bin Yaqub bin Ishaq bin Ibrahim, berkebangsaan Israel, dan bukan berasal dari suku Qibthi (Gypsy, bangsa Mesir).

Awal kehidupan Qarun sangatlah miskin dan memiliki banyak anak. Pada suatu kesempatan ia meminta Musa untuk mendoakannya kepada Allah SWT, yang ia pinta adalah kekayaan harta benda, dan akhirnya permintaan tersebut dikabulkan oleh Allah SWT.

Namun sayang setelah keinginanya terwujud, Qarun mempergunakan hartanya dalam kesesatan, kezaliman dan permusuhan dan membuatnya menjadi orang yang sombong. Hal ini merupakan musibah dan bencana bagi kaum kafir dan lemah di kalangan Bani Israil.

Seperti yang disiyaratkan oleh ayat-ayat diatas dalam memandang Qarun dan harta kekayaannya, Bani Israil terbagi atas dua kelompok.

Pertama adalah kelompok orang yang beriman kepada Allah dan lebih mengutamakan apa yang ada di sisi-Nya. Karena itu mereka tidak terpedaya oleh harta Qarun dan tidak berangan-angan ingin memilikinya. Bahkan mereka memprotes kesombongan, kesesatan dan kerusakannya serta berharap agar ia menafkahkan hartanya di jalan Allah dan memberikan kontribusi kepada hamba-hamba Allah yang lain.

Kedua adalah kelompok yang terpukau dan tertipu oleh harta Qarun karena mereka telah kehilangan tolok ukur nilai, landasan dan fondasi yang dapat digunakan untuk menilai Qarun dan hartanya. Mereka menganggap bahwa kekayaan Qarun merupakan bukti keridhaan dan kecintaan Allah kepadanya, dan mereka berangan-angan ingin bernasib seperti itu.

Qarun mabuk dan terlena oleh melimpahnya darta dan kekayaan. Semua itu membuatnya buta dari kebenaran dan tuli dari nasihat-nasihat orang mukmin. Ketika mereka meminta Qarun untuk bersyukur kepada Allah atas segala nikmat harta kekayaan dan memintanya untuk memanfaatkan hartanya dalam hal yang bermanfaat, kabaikan dan hal yang halal karena semua itu adalah harta Allah, ia justru menolak seraya mengatakan “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku”

Akibat kesombongannya ini berlakulah sunnatullah atasnya dan murka Allah menimpanya. Hartanya menyebabkan Allah murka, menyebabkan dia hancur, dan datangnya siksa Allah. Maka Allah membenamkan harta dan rumahnya ke dalam bumi, kemudian terbelah dan mengangalah bumi, maka tenggelamlah ia beserta harta yang dimilikinya dengan disaksikan oleh orang-orang Bani Israil. Tidak seorangpun yang dapat menolong dan menahannya dari bencana itu, tidak bermanfaat harta dan kekayaannya.

Tempat Qarun ditenggelamkan bersama dengan harta dan pengikutnya telah menjadi danau yang dikenal sebagai Danau Qarun atau dalam bahasa Arab Bahirah Qarun. Yang tersisa hanya puing-puing istana Qarun yang teletak di daerah Al Fayyum, Mesir.

Tatkala Bani Israil melihat bencana yang menimpa Qarun dan hartanya, bertambahlah keimanan orang-orang yang beriman dan sabar. Adapaun mereka yang telah tertipu dan pernah berangan-angan seperti Qarun, akhirnya mengetahui hakikat yang sebenarnya dan terbukalah tabir, lalu mereka memuji Allah karena tidak mengalami nasib seperti Qarun. Mereka berkata, “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah).”
Continue Reading

Remaja Islam Pemberani

| 0 komentar

Udah tahu Harun Al Rasyid? Dia seorang khalifah besar yang pernah memimpin  Armenia, Azerbaijan, Mesir, Suriah dan Tunisia.  Dan tau ngga, dia menjadi khalifah saat usianya masih 21 tahun. LUAR BIASA! Bahkan saat umurnya masih 18 tahun, Harun udah memimpin banyak pertempuran melawan Kekaisaran Romawi Timur. Karena itulah dia berhasil menyabet gelar Jenderal dengan sebutan Al-Rasyid, yang artinya mengikuti jalan benar, atau orang yang benar.

Terbukti kan friend, usia muda bukan halangan kita untuk menjadi orang besar. Bahkan justru di usia muda ini, kita masih punya tenaga penuh untuk menjadi orang besar, yang memiliki prestasi besar. Eits, jangan buru- buru bilang nggak mungkin! Hal- hal besar justru datang karena kita punya mimpi dan keyakinan yang besar. Di usia muda yang katanya minim pengalaman dan labil emosi, tapi nggak lantas memberi kita lampu merah buat berkarya.

Tapi satu kuncinya kalau kita mau berhasil, friend. Pegang aturan islam baik- baik, dan kita pasti akan selamat. Ini terbukti dari contoh- contoh di luaran yang bisa kamu lihat tuh. Gimana susahnya teman- teman kita yang pada main api, dan coba- coba melenceng dari aturan islam. Mereka memang buat malu keluarga, tapi lebih dari itu, mereka sangat merugikan diri mereka sendiri. Kalau sudah begitu, usia muda rasanya bakal kelewat begitu saja. Dan itu berarti kerugian yang besar! kalau rugi materi masih bisa dicari bos, nah kalau waktu, dimana kita bisa membelinya?. 

Selain kudu berpegang teguh kepada aturan islam, hal yang selanjutnya kita lakukan adalah, be brave alias berani. Berani melawan nafsu diri, berani melawan arus yang jelas- jelas nggak jelas, dan berani tampil beda selama itu tetap dalam aturan islam. dan buat yang satu ini, cuma dengan islam yang bisa buat kita tangguh dan berani mendobrak halangan yang menghadang jalan kita.

Lihat aja para mujahid- mujahid itu. Gimana musuh- musuhnya nggak keder, mereka berjihad dan berharap mati syahid. Orang yang justru ingin mati, gimana ngelawannya coba? mereka begitu berani karena Allah yang menjadi tujuan mereka. Sedangkan musuh mereka adalah manusia kafir yang cemen banget alias pengecut dan takut mati. 

Mereka juga berani menjadi pelaku perubahan, saat orang lain hanya mau sekedar menjadi penyemangat bahkan pencemooh mereka. Mereka nggak minder saat dinilai aneh oleh manusia. Mereka juga nggak takut dibilang apapun dari bahasa manusia. Hidup mereka hanya lurus dan lurus kepada Allah saja. Selama yang mereka lakukan itu benar menurut Allah, mereka akan tetap lakukan.
Mereka, tentara Allah itu, berani berprinsip, saat manusia lain sibuk jadi plagiat orang kafir. Mereka teguh dalam prinsip itu, walaupun mereka tahu hal itu nggak mudah dilakukan. Tapi Allah adalah yang maha menguatkan dan mendamaikan, dan mereka percaya itu. Kemudian, itulah yang membaikkan dan menentramkan hidup mereka. 

Lalu bagaimana dengan kita, friend? sudahkah kita berbuat sesuatu untuk islam seperti mereka? atau kita hanya puas menjadi penonton atau malah dan menjadi pengekor orang- orang kafir?. Friend, saatnya kita stop untuk hanya pintar bermemori ria dengan segudang prestasi tokoh- tokoh islam yang udah berhasil mengukir nama besar mereka.  Sekarang udah saatnya kita bertanya kepada diri sendiri, apakah kita juga udah sehebat mereka? atau malah masih jauh banget dari mereka?. Itu pertanyaan besar buat kita semua!

(voa-islam.com)
Continue Reading

Pacaran? Eh, Maksudmu Zina Terselubung?

| 0 komentar

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Halo para sobat-sobat sheriff-heedaya.blogspot.com, bagaimana kabarnya? Semoga masih selalu dalam limpahan rahmat Allah, aamiin..

Saya rasa, saya harus ngomong serius ini. Lah, kok serius? Iya, masalahnya yang mau saya omongkan ini adalah hal yang sudah umum banget di kalangan remaja kita, dari yang SMP sampai SMA, bahkan SD juga, mahasiswa juga. Dari yang ndugal sampai yang shalih shalihah. Dari yang pinter sampai yang kurang pinter. Apa sih itu?

Ya sesuai judulnya, yaitu PACARAN. Kamu semua pasti pernah denger istilah kayak jadian, PHP, kode, ga peka, putus, anniv, LDR, dll. Pasti juga pernah lihat pasangan yang berpacaran mbojo (berduaan) di malam minggu. Pernah juga denger ungkapan “Kalau ga pacaran, kayak ga bisa nikmati masa remaja aja,”. Ya pokoknya yang kayak gitu-gitu deh...

Dari zaman bapakku, sampai zaman sekarang, ya pacaran itu sudah umum. Saya berani menjamin, pasti kalian semua pernah berpikir kepengen pacaran, ya ngga? Hehehe, bercanda saja sih. Saya saja dulu pernah pengen pacaran, kan masih awal remaja. Alhamdulillah saya ngga jadi pengen pacaran dan memilih untuk mendalami ilmu dulu, baik dunia maupun agama, hehehe.

Budaya pacaran yang sudah menjadi ‘tradisi’ dan ‘kewajiban’ anak remaja, kayaknya harus kita tinjau secara serius deh secara Islam. Kan segala sesuatu yang kita lakukan harus sesuai Islam, biar selamat dunia akhirat, ya kan?

Kalau menurut saya ya, pacarannya remaja ini ngga sesuai banget sama Islam, yang sudah mengatur dengan sangat baik antara hubungan laki-laki dan perempuan.

Sudah tahu kan, dalam Islam, tidak boleh berduaan antara laki-laki dan perempuan, tanpa disertai mahramnya. Ada hadits-nya kok, ini saya tulis arti dari haditsnya itu.
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah dia berkhalwat (berduaan) dengan wanita tanpa disertai mahramnya, karena syetan akan menyertai keduanya” (HR.Ahmad).

Nah, jelas kan? Pacaran remaja zaman sekarang ini kan, ngga asyik kalau berduaan. Malah kadang ada yang ga mau kalau bapak ibunya tahu soal pacarannya, biar ga direcoki katanya. Loh, bukannya dalam Islam, bertamu saja kalau ke rumah lawan jenis, harus disertai mahram? Contohnya ya orang tua kita itu.

Terus kalau pacaran kan disertai syetan. Apa jadinya ntar? Ya itu, ntar berduaan, lanjut rangkul-rangkulan dan pegang-pegangan, awalnya cuma tangan, lalu lanjut ke mana-mana, ntar malah jadinya berakhir dengan hubungan zina! Naudzubillahi min dzalik.

Terus, kalau pacarannya melalui facebook, twitter, sms, BBM, dll, itu gimana? Ya kalau kamu bilang itu ga berduaan, sama aja BOHONG. Kan kalau kamu chatting facebook ama pacar, kan cuma sama si pacar itu kan? Ya sama aja berduaan, zina itu!

Saya ini bukan jomblo ngenes yang nulis ginian karena benci ngelihat orang pacaran. Ya jujur aja, saya tu sebel banget lihat orang pacaran, ya karena itu tadi udah saya jelaskan semuanya. Ga sesuai Islam, padahal yang pacaran itu orangnya juga rajin shalat, pinter adzan, bacaan Al-Qur’annya jos banget. Tapi pacaran juga jalan, apa-apaan tuh?

Ya saya sih menyarankan lebih baik JANGAN berpacaran daripada terjadi hal-hal yang buruk. Ntar kalau kasusnya Married By Accident, kan susah itu. Lebih baik kita memperbaiki diri di berbagai sektor, seperti pelajaran sekolah, lalu keislaman kita juga harus dibenahi, lalu sikap perilaku. Ntar masalah jodoh, kita pakai cara ta’aruf, yang Insya Allah sesuai Islam.

Demikian dari saya, semoga bermanfaat. Mari kita hindari pacaran dan tingkatkan ketaqwaan kita.
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. (voa-islam)
Continue Reading

Membangun Tradisi Ilmi di Kalangan Remaja

Jumat, 08 November 2013 | 0 komentar

Telah nampak di depan kita fenomena yang asyik di masyarakat muda. Mereka jauh dari tradisi ilmu yang ingin kita bangun. Usia muda yang sebenarnya penuh dengan potensi, tersia siakan karena fokus yang sudah pecah. Remaja lebih menyukai hiburan daripada menyukai hal hal yang berbau ilmu dan peradaban.

Gempuran raksasa hiburan seperti Hollywood dengan film filmnya plus gempuran dari dalam negeri berupa media televisi memang bukan dianggap sesuatu yang remeh. Bagi remaja dua raksasa itu sudah merupakan hambatan terbesar mereka tuk lebih tertarik pada ilmu. Jujur saja, buku sangat nampak tidak menarik bila disejajarkan dengan playstation atau film box office.

Jika hal ini dibiarkan tanpa ada proses pencegahan, maka generasi kita akan hilang. Mereka lebih paham soal hiburan daripada soal keilmuan. Mereka hanya bergairah pada soal soal pelampiasan nafsu daripada pelampiasan ilmu.

Setelah turunnya lima ayat pertama yang dimulai dengan iqra’, Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) menurunkan lagi ayat yang diawali dengan kalimat, “Nuun, wal Qalami wamaa yasthuruun.” (Nuun, demi pena dan apa yang mereka tulis).

Hal ini menunjukkan bahwa Islam memberi perhatian yang sangat tinggi pada tradisi keilmuan. Membaca dan menulis adalah pilar ilmu yang kokoh. Sementara ilmu itu sendiri adalah pilar peradaban mulia yang kita inginkan bersama.

Itulah sebabnya, tradisi ilmiah telah begitu melekat pada generasi terbaik Islam pada masa lalu. Sayangnya, kini tradisi itu tergerus seiring merajalelanya peradaban jahiliah.

Bagaimana umat Islam dapat mengembalikan tradisi ilmu sebagaimana generasi Islam terdahulu? Berikut beberapa tips dalam lingkup pribadi, keluarga, dan masyarakat.

Tumbuhkan kesadaran akan keutamaan ilmu.
Kebanyakan masyarakat lebih memilih hal-hal pragmatis dan instan untuk memperoleh kesenangan dunia yang sifatnya sesaat, seperti kekuasaan dan banyaknya harta. Padahal, Allah SWT telah menegaskan keutamaan ilmu dan orang-orang yang berilmu dibanding hal-hal yang bersifat duniawi.

Di antara kemuliaan itu adalah memperoleh derajat yang tinggi (az-Zumar [39]: 9 dan al-Baqarah [2]: 269), mampu memahami ayat-ayat Allah SWT (al-Ankabut [29]: 43), dan lebih takut kepada Allah SWT (Fathir [35]: 26).

Dari semua keistimewaan ini seharusnya umat Islam sadar akan pentingnya ilmu dan perlunya mencari ilmu, baik bagi diri, keluarga, maupun masyarakat.

Kembangkan kemampuan menulis.
Sedari awal, Islam memberikan perhatian pada aktivitas menulis. Buktinya, salah satu surat al-Qur`an diberi nama al-Qalam, yang berarti pena. Al-Qur`an juga meminta kaum Mukmin untuk mencatat saat melakukan transaksi pinjam-meminjam.

Bukti lain adalah Piagam Madinah. Para ahli sejarah menyimpulkan bahwa piagam ini terkategori sebagai konstitusi pertama yang dibuat secara tertulis. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) juga memiliki beberapa orang sekretaris yang bertugas untuk menulis.

Para salafus shaleh dan ulama-ulama kita merupakan generasi yang sangat produktif dalam membuat karya tulis. Ribuan kitab yang menjadi rujukan umat Islam dalam hal tafsir, hadits, fiqih, aqidah, akhlak, serta ilmu pengetahuan alam, merupakan buah karya dari tradisi ilmu yang dimiliki oleh ulama-ulama kita di masa lalu dan hingga kini menjadi sumber inspirasi bagi pengembangan ilmu pengetahuan modern.

Dengan berbagai teladan ini seharusnya kita, generasi Muslim, lebih produktif dalam melahirkan karya-karya tulis yang bermanfaat bagi kemajuan Islam dan kemanusiaan.

Hormati ilmu dan orang-orang yang berilmu
Imam Malik pernah dipanggil oleh Khalifah Harun al-Rasyid ke istana untuk mengajari putranya kitab al-Muwaththa’. Imam Malik datang ke istana, tetapi tidak untuk mengajar.

Imam Malik malah menasehati khalifah. Katanya, “Rasyid, Hadits merupakan ilmu yang dihormati dan dijunjung tinggi oleh leluhur Anda. Bila sebagai khalifah Anda tidak menghormatinya, maka tidak seorangpun yang akan menaruh penghormatan lagi. Manusialah yang mencari ilmu dan bukan ilmu yang mencari manusia.”

Akhirnya khalifah menyadari bahwa ia mesti memuliakan ilmu dan orang-orang yang berilmu. Khalifah dan kedua putranya datang ke tempat Imam Malik untuk mengikuti kuliah al-Muwaththa’ bersama masyarakat banyak.

Mengingat kedudukan ilmu sangat tinggi dalam Islam, selayaknya kaum Muslim memberikan penghargaan yang tinggi kepada ilmu dan orang-orang yang memiliki ilmu. Penghargaan itu tidak selalu dalam bentuk materi tetapi juga menempatkan kedudukan ulama (orang-orang yang berilmu) pada maqam yang terhormat.

Memberi hadiah dengan buku
Memberi hadiah merupakan salah satu tradisi dalam Islam. Bahkan, saling memberi hadiah dapat menumbuhkan perasaan saling mencintai di antara sesama Muslim.
Nah, alangkah baiknya bila hadiah ini berwujud barang yang bisa menumbuhkan kecintaan terhadap ilmu. Apalagi kalau bukan buku.

Menyediakan perpustakaan
Perpustakaan merupakan sumber belajar bagi setiap orang yang haus akan ilmu. Selayaknya setiap keluarga memiliki perpustakaan keluarga.
Sediakanlah buku-buku yang memuat pengetahuan wajib buat kaum Muslim, seperti terjemahan al-Qur`an, buku aqidah, fiqih, akhlak, dan sirah Nabi SAW. Lebih bagus lagi jika dilengkapi buku-buku Islam kontemporer dan ilmu pengetahuan lain yang bermanfaat.

Demikian juga di setiap sekolah dan lembaga pendidikan selayaknya menyediakan perpustakaan yang jauh lebih lengkap dari perpustakaan keluarga.
Di era digital seperti saat ini, perpustakaan bisa dibangun dengan cara yang lebih efisien dan biaya murah. Yaitu, lewat komputerisasi.

Hanya dengan sebuah komputer kita dapat menyimpan jutaan kitab, berlembar-lembar dokumen, film, foto-foto, dan berbagai bentuk informasi lain yang diperlukan. Belum lagi bila kita menambahkan akses internet pada komputer tersebut.

Mengutamakan hujjah dari pada adu fisik.
Mukmin diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyeru manusia secara hikmah dan membantah mereka dengan hujjah yang kokoh. “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (an-Nahl [16]: 125)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa umat Islam harus memiliki hujjah (argumen) yang kuat dalam dakwah. Hujjah yang kuat dalam pandangan Islam terdiri dari Kitabullah (al-Qur`an), kemudian as-Sunnah (Hadits Rasulullah SAW), barulah ijtihad orang-orang yang memiliki ilmu di bidangnya.

Kendala dan Solusi
Ada sejumlah kendala membangun tradisi keilmuan pada diri kaum Muslim, keluarga, atau masyarakat yang lebih luas. Namun, kendala-kendala tersebut bukan tanpa jalan keluar.
Berikut adalah sejumlah kendala tersebut:

Kurangnya kesadaran terhadap ilmu
Harus kita akui, kesadaran umat Islam terhadap tradisi keilmuan saat ini sangat rendah. Mereka menjadikan pendidikan sebagai urusan ke sekian, kalah dengan urusan hiburan. Akibatnya, persoalan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan, tak kunjung terpecahkan hingga saat ini.

Seharusnya, setiap keluarga Muslim sadar akan pentingnya ilmu. Bahkan, jauh lebih sadar dibanding mereka yang tidak pernah bersyahadat. Bukan malah sebaliknya, ilmu lebih banyak dikuasai oleh orang-orang non-Muslim.

Jadi, setiap keluarga muslim selayaknya menjadi teladan untuk membangun tradisi ilmu, bukan malah mengekang atau membatasi diri.

Malas berusaha
Sifat malas masih banyak menjangkiti masyarakat kita. Mereka tidak mau berusaha keras dan bersusah payah untuk mempersiapkan diri dengan menuntut ilmu.

Hal ini karena menuntut ilmu memerlukan biaya yang tidak kecil, waktu yang lama, dan kemauan yang keras.
Umumnya, masyarakat kita lebih memilih sesuatu yang bersifat instan untuk mengubah nasibnya. Sesuatu yang menjanjikan keuntungan besar dengan pengorbanan yang kecil.

Kurangnya tanggungjawab pemimpin
Para pemimpin kita masih lebih mementingkan pembangunan fisik ketimbang meningkatkan kualitas manusia. Boleh jadi ini disebabkan pembangun fisik lebih nyata terlihat hasilnya dibandingkan pembangunan manusia. Membangun manusia tidak dapat langsung dilihat hasilnya. Padahal, pengaruhnya sangat besar bagi kemajuan bangsa.

Dengan kata lain, posisi pemimpin menjadi sangat penting. Pemimpin yang tak paham pentingnya ilmu tak akan mendukung terbangunnya tradisi keilmuan di tengah masyarakat. Apalagi pemimpin yang tidak memiliki ilmu, akan mengambil kebijakan yang menyesatkan.

Abdullah bin Amr bin Ash berkata, ”Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ’Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya langsung dari hamba-hamba-Nya. Akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan ulama, sehingga apabila tidak ada lagi orang alim, maka manusia mengambil pemimpin-pemimpin yang bodoh. Tatkala mereka ditanya, mereka berfatwa dengan tanpa ilmu, maka mereka itu sesat lagi menyesatkan.” (Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah).

Maka, menjadi wajib bagi kita untuk memilih pemimpin yang berilmu dan mencintai ilmu, utamanya ilmu yang bersifat syar’i.

Oleh; Ust. Burhan Shadiq
Continue Reading

Istighfar

Kamis, 07 November 2013 | 0 komentar

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا . يُرْسِلِ السَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا . وَيُمْدِدْكُم بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارًا

”Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu. Dan Mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS Nuh 10-12)

Ada beberapa orang datang kepada al-Hasan al-Bashri mengeluhkan problem yang mereka hadapi. Ada yang mengeluhkan kemarau yang panjang. Ada lagi yang memiliki problem ekonomi dan serba kekuarangan. Ada pula yang belum dikarunia keturunan. Yang lain lagi kebunnya tidak menghasilkan buah, sungai-sungai menjadi kering. Setiap kali problem ditanyakan, beliau selalu menjawab dengan kalimat, “Istighfarlah kepada Allah!”

Hal ini membuat orang-orang tampak keheranan dengan jawaban al-Hasan. Lalu mereka berkata, “Mengapa setiap ada yang mengeluh dari kami Anda selalu menjawab dengan “istighfarlah kepada Allah?” Kemudian beliau menjawab, “Tidakkah kalian membaca firman Allah,
“Maka aku katakan kepada mereka, ’Mohonlah ampun kepada Rabbmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan Mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS Nuh 10 – 12)

Karena Biang Segala Problem adalah Dosa
Berapa banyak orang shalih dari zaman ke zaman merasakan dahsyatnya istighfar. Berbagai problem yang terpecahkan, musibah terangkat, dan kendala menjadi sirna karenanya. Terselip pertanyaan besar, bagaimana istighfar menjadi solusi dari banyak kesulitan? Apa hubungan antara permohonan ampun kepada Allah dengan datangnya jalan keluar?

Tentu kita ingat, bahwa hakikatnya setiap musibah, juga kesulitan yang dihadapi manusia, itu disebabkan karena dosa. Sebagaimana   firman Allah,
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS asy-Syuura 30)
Dosa juga menjadi penyebab krisis multi dimensi. Termasuk problem ekonomi, baik secara perorangan, maupun golongan. Secara perorangan, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda,

وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيُحْرَمُ الرِّزْقَ بِالذَّنْبِ يُصِيبُهُ.

“Sesungguhnya seseorang terhalang dari rejeki disebabkan oleh dosa yang dilakukannya.” (HR Ahmad, al-Hakim, Ibnu Majah)

Adapun secara komunal, diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi kami dan bersabda, “Wahai sekalian orang-orang Muhajirin, lima perkara, apabila menimpa  kalian, maka tidak ada kebaikannya, atau kalian akan tertimpa bermacam-macam adzab, dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak menjumpainya. Tidaklah kekejian (zina) tampak nyata di suatu kaum, hingga mereka berterang-terangan dengannya, kecuali akan tersebar di kalangan mereka wabah tha’un dan penyakit-penyakit yang belum pernah dialami oleh orang-orang sebelum mereka. Dan tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan kecuali akan diadzab dengan paceklik dan sulitnya bahan kebutuhan dan dhalimnya penguasa atas mereka. Dan tidaklah mereka menolak untuk membayar zakat, kecuali mereka dicegah dari turunnya hujan, dan seandainya tidak karena adanya binatang-binatang pasti mereka tidak diberi hujan. Dan tidaklah mereka melanggar janji Allah dan janji RasulNya,  kecuali Allah akan menguasakan musuh atas mereka dari orang selain mereka, lalu mereka (musuh itu) mengambil sebagian apa-apa yang di tangan mereka.

Dan selama pemimpin-pemimpin mereka tidak berhukum dengan kitab Allah, dan mereka memilih-milih dari apa-apa yang telah Allah turunkan, niscaya Allah akan menjadikan saling bermusuhan di antara mereka. ” (HR Ibnu Majah, adz-Dzahabi dalam at-Talkhis mengatakan shahih)
Dan banyak lagi keterangan yang menguatkan bahwa dosa adalah biang masalah, keruwetan dan kesulitan.

Istighfar adalah Solusinya
Tatkala seorang hamba bertaubat, dan memohon ampun kepada Allah atas segala perbuatan buruknya, lalu kembali ke jalan yang benar, maka dosa pun diangkat beserta seluruh efek yang ditimbulkan oleh dosa. Kemudahan akan didapatkan, jalan keluar di depan mata, dan musibah yang tengah melanda menjadi sirna pula.

Begitulah alurnya, mengapa istighfar bisa menjadi solusi dari problem yang dihadapi manusia. Bahkan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah, menjadikan istighfar sebagai andalan ketika menghadapi masalah yang pelik, termasuk dalam hal ilmu. Di mana beliau berkata kepada muridnya, ”Tatkala suatu masalah atau problem mengganggu pikiranku, maka akupun memperbanyak istighfar hingga dadaku menjadi lapang, dan terurailah kesulitan demi kesulitan. Dan ketika aku membiasakan istighfar saat berada di pasar, masjid, kendaraan maupun majlis ilmu, maka aku mendapatkan apa yang aku cari.”

Adalah Imam asy-Syaafi’i pernah mengeluhkan hafalannya kepada seorang gurunya, yakni Imam Waki’ bin Jarah. Tak disangka, sang guru berkata dengan lantang, ”bertaubatlah.” Saat itulah Imam Syafi’i mengingat dosa yang pernah dilakukannya, lalu bertaubat kepada Allah darinya. Seketika, kekuatan hafalan beliau pulih seperti sedia kala, hingga beliau menggubah sya’ir yang sangat tenar, ”Aku mengadu kepada al-Waki’ (bin Jarah) tentang buruknya hafalanku. Dia menyuruhku untuk meninggalkan maksiat, dan dia menasihatiku bahwa ilmu adalah cahaya, dan cahaya Allah tidak dikaruniakan kepada pendosa.”
Begitulah, ilmu terhalang lantaran dosa, sedangkan taubat melancarkan kembali jalan masuk cahaya ilmu ke dalam hati.

Istighfar bukan saja berfaedah mengentaskan seseorang dari musibah dan problema setelah terjadi, namun juga bisa mencegah musibah dan masalah sebelum terjadinya. Tentang firman Allah Ta’ala,
”Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.”  (QS al-Anfaal 33)

Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menafsirkan, “Kita mempunyai dua jaminan keamanan, namun yang satu telah tiada, yakni keberadaan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di tengah kita, adapun yang tersisa adalah istighfar yang menyertai kita, maka jika istighfar tiada, maka kita akan binasa.”
Tentu saja, istighfar dengan sehebat khasiatnya itu bukan sekedar berupa ucapan tanpa makna. Namun istighfar yang diiringi taubat yang tulus. Taubat yang memenuhi kriteria nasuha; berhenti dari dosa, menyesal perbuatannya, bertekad untuk tidak mengulanginya dan mengembalikan hak bila dosa terkait dengan hak sesama manusia.

Ucapan istighfar ini tidak pula menihilkan ikhityar untuk mencari solusi. Karena istighfar mampu menyingkirkan kendala, namun untuk sampai kepad tujuan, atau selamat dari gangguan, harus ada kemauan untuk melangkah dan berusaha. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, dan memudahkan segala urusan kita. Aamiin.

Oleh; Ust. Abu Umar Abdillah
Continue Reading

Ayat-ayat Cinta, Ayat-ayat Benci

| 0 komentar

وَنُحِبُّ أَهْلَ الْعَدْلِ وَاْلأَمَانَةِ وَنَبْغُضُ أَهْلَ الْجَوْرِ وْالْخِيَانَةِ

(81) Kami mencintai orang-orang yang adil dan amanah, membenci orang-orang yang lalim dan khianat

Penempatan matan ini setelah matan yang menjelaskan prinsip wajib taat kepada ulil amri walaupun mereka lalim sungguh tepat. Meskipun kita tetap berkeyakinan sah dan tetap pula mengerjakan shalat di belakang para penguasa lalim (bukan kafir), tetapi kita tidak menyamakan antara pemimpin yang baik dan pemimpin yang buruk, antara para amir yang bertindak adil dan para amir yang berlaku aniaya. Matan ke-81 ini menegaskan; siapa pun orangnya jika ia seorang mukmin yang adil dan beramanah, kita wajib mencintainya. Sebaliknya; siapa pun jika ia seorang mukmin yang lalim dan berkhianat, kita wajib membencinya.

Keadilan yang dimaksud di sini adalah keadilan dalam pengertian yang luas sebagaimana yang difirmankan oleh Allah,
“Sesungguhnya Allah memerintahkan keadilan, ihsan (berbuat baik), dan memberi kerabat dekat.” (an-Nahl: 90)

Seluruh perintah dalam Islam adalah keadilan. Keadilan yang terbesar adalah tauhid.
Seperti halnya keadilan, kelaliman atau kezhaliman pun luas; terkait dengan hak Allah, hak Nabi, hak sesama, dan hak diri.

Amanah yang dimaksud di sini adalah amanah dalam pengertian yang luas sebagaimana difirmankan oleh Allah,
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung. Maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya. Dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh.” (Al-Ahzab: 72)

Amanah adalah seluruh beban syar’i yang diperintahkan oleh Allah.
Seperti halnya amanah, khianat pun dipahami secara luas. Terkait dengan semua beban syar’i.
Maka, orang-orang yang berbuat adil sama dengan orang-orang yang amanah, dan orang-orang yang berbuat lalim sama dengan orang-orang yang khianat. Kelompok pertama berhak atas cinta. Kelompok kedua wajib dibenci.

Bukti Sempurna Iman
Cinta dan benci yang ditujukan kepada kedua kelompok ini merupakan bukti kesempurnaan iman dan ubudiyah kita kepada Allah. Ubudiyah yang tidak disertai dengan cinta adalah ubudiyah palsu. Bahkan, pangjkal dari ubudiyah yang benar adalah terkumpulnya kesempurnaan dan puncak cinta serta kesempurnaan dan puncak ketundukan.

Pada asalnya mencintai para rasul, para nabi, dan orang-orang yang beriman tidak dibolehkan. Hanya karena Allah memerintahnnya saja, kita mencintai mereka. Selain Allah hanya boleh dicintai karena Allah.
Mencintai apa yang dicintai Allah, membenci apa yang dibenci oleh Allah, ridha pada apa yang diridhai Allah, murka dengan apa yang dimurkai Allah, memerintahkan apa yang diperintahkan Allah, melarang apa yang dilarang Allah, dan menyesuikan diri dengan Allah dalam segala hal adalah konsekuensi cinta kita kepada Allah.

Allah mencintai orang-orang yang ihsan, takwa, teubat, dan suka bersuci. Kita mencintai siapa yang dicintai oleh Allah. Allah tidak mencintai orang-orang yang khianat, membuat kerusakan, dan sombong. Kita tidak mencintai mereka lantaran menyesuaikan diri dengan Allah.
Imam al-Bukhari dan Muslim meri-wayatkan bahwa Nabi n bersabda,

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فيه وَجَدَ حَلَاوَة الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ الله ورسوله أَحَبَّ إليه مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَمَنْ كَانَ يُحِبُّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّه إِلَّا لله ، وَمَنْ كَانَ يَكْرَه أَنْ يَرْجِعَ في الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَه الله منه ، كَمَا يَكْرَه أَنْ يُلْقَى في النَّارِ

“Ada tiga perkara, barangsiapa ketiganya ada pada dirinya ia pasti mendapati manisnya iman: barangsiapa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada selain keduanya; barangsiapa mencintai seseorang, ia mencintainya hanya karena Allah; barangsiapa benci kembali kepada kekafiran setelah Allah mengentasnya darinya sebagaimana ia benci dilemparkan ke dalam api.”

Cinta sempurna yang sejati menuntut penyesuaian diri dengan yang dicintai dalam segala yang yang dicintai dan dibencinya, dalam siapa yang diloyali dan dimusuhi. Sudah maklum bahwa barangsiapa yang mencintai Allah ia harus membenci musuh-musuh-Nya dan mencintai apa yang dicintainya. Salah satunya: jihad menghadapi mereka. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dengan berbaris rapi seperti bangunan yang kokoh.” (ash-Shaf: 1)

Dua Cinta
Cinta adalah amal hati. Cinta ada dua. Pertama, cinta yang merupakan tabiat, seperti cinta seseorang kepada keluarga, istri, anak-anak, teman-teman, dan kesenangannya untuk makan-minum. Ini cinta yang tidak dimasuki unsur ibadah. Kedua, cinta yang bersifat keagamaan. Dan cinta jenis kedua ini pun ada dua: cinta kepada Allah dan cinta karena Allah. Cinta kepada Allah adalah jenis ibadah yang paling agung. Seorang hamba tidak boleh mempersembahkan cinta jenis ini kepada selain Allah atau selain mencintai Allah, juga mencintai selain-Nya dengan cinta jenis ini. Allah berfirman, “Dan di antara manusia ada yang menjadikan sesuatu selain Allah sebagai tandingan-tandingan, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah.” (Al-Baqarah: 165)

Cinta orang-orang yang beriman kepada Allah melebihi cinta orang-orang musyrik kepada berhala-berhala mereka. Cinta kepada Allah tak terputus di dunia saja, sedangkan cinta kepada berhala akan terputus di ujung dunia dan akan terganti oleh permusuhan antara yang beribadah dengan yang diibadahi.

“Dan orang-orang yang beriman amat-sangat cinta mereka kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)
“Dan apabila manusia dikumpulkan, maka mereka akan saling bermusuhan dan kufur terhadap peribadatan mereka.” (al-Ahqaf: 6)
"...kemudian pada hari kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain); dan tempat kembalimu ialah neraka..." (al-‘Ankabut: 25)

Cinta karena Allah adalah simpul iman yang paling kuat, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah n, “Simpul iman yang paling kuat adalah: cinta karena Allah dan benci karena Allah.”
Cinta karena Allah ini akan langgeng sampai ke akhirat, berbeda dengan cinta karena dunia dan hawa nafsu yang berakhir di dunia fana. Allah berfirman, “Orang-orang yang bersaudara pada hari ini saling bermusuhan, kecuali (persaudaraan) orang-orang yang bertakwa.” (Az-Zukhruf: 67)

Manusia ketiga
Terkait dengan kewajiban mencintai dan membenci ini, manusia diklasifikasi menjadi tiga. Mereka yang wajib dicintai total. Mereka adalah para rasul dan orang-orang yang beriman dengan iman yang murni. Termasuk juga as-Salafush Shalih dan ahlussunnah wal jamaah karena kemurnian akidah mereka dan kebenaran yang mereka pegangi. Juga karena mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Kedua, mereka yang wajib dibenci total. Mereka adalah musuh-musuh Allah.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang.” (Al-Mumtahanah: 1)
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (al-Mujadalah: 22)

Ketiga, mereka yang di satu sisi wajib dicintai namun di sisi yang lain harus dibenci. Mereka adalah orang-orang beriman yang bermaksiat kepada Allah. Cinta dan benci ditujukan kepada mereka sekadar dengan kebaikan dan kejahatan yang ada dalam diri mereka.
“Apabila ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai mereka kembali pada perintah Allah.” (Al-Hujurat: 9)

Dus, Islam mengajarkan damai dan cinta. Islam juga mengajarkan perang dan benci. Namun, semua dengan porsi yang tepat. Ada banyak sekali ayat dan hadits yang secara jelas memerintahkan kita—sebagai seorang hamba Allah—untuk perang dan benci. Seorang hamba Allah sejati akan berusaha memenuhi dan mengejawantahkan perintah-Nya dengan sebaik-baiknya. Tidak berlebih-lebihan, tetapi juga tidak menyepelekan atau bahkan menentang. Ada ayat-ayat cinta, ada ayat-ayat benci. Semua datang dari Allah. Wallahu a’lam.

Oleh; Ust. Imtihan Syafi'i
Continue Reading

10 Kisah Cinta Terindah dalam Islam

| 0 komentar

1. Rasulullah Saw. dan Khadijah binti Khuwailid
Teladan dalam kisah cinta terbaik tentunya datang dari insan terbaik sepanjang masa: Rasulullah Saw. Cintanya kepada Khadijah tetap abadi walaupun Khadijah telah meninggal. Alkisah ternyata Rasulullah telah memendam cintanya pada Khadijah sebelum mereka menikah. Saat sahabat Khadijah, Nafisah binti Muniyah, menanyakan kesedian Nabi Saw. untuk menikahi Khadijah, maka Beliau menjawab: “Bagaimana caranya?” Ya, seolah-olah Beliau memang telah menantikannya sejak lama.
Setahun setelah Khadijah meninggal, ada seorang wanita shahabiyah yang menemui Rasulullah Saw. Wanita ini bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa engkau tidak menikah? Engkau memiliki 9 keluarga dan harus menjalankan seruan besar."

Sambil menangis Rasulullah Saw menjawab, "Masih adakah orang lain setelah Khadijah?"
Kalau saja Allah tidak memerintahkan Muhammad Saw untuk menikah, maka pastilah Beliau tidak akan menikah untuk selama-lamanya. Nabi Muhammad Saw menikah dengan Khadijah layaknya para lelaki. Sedangkan pernikahan-pernikahan setelah itu hanya karena tuntutan risalah Nabi Saw, Beliau tidak pernah dapat melupakan istri Beliau ini walaupun setelah 14 tahun Khadijah meninggal.
Masih banyak lagi bukti-bukti cinta dahsyat nan luar biasa islami Rasulullah Saw. kepada Khadijah. Subhanallah.

2. Rasulullah Saw. dan Aisyah
Jika Rasulullah SAW ditanya siapa istri yang paling dicintainya, Rasul menjawab, ”Aisyah”. Tapi ketika ditanya tentang cintanya pada Khadijah, beliau menjawab, “cinta itu Allah karuniakan kepadaku”. Cinta Rasulullah pada keduanya berbeda, tapi keduanya lahir dari satu yang sama: pesona kematangan.
Pesona Khadijah adalah pesona kematangan jiwa. Pesona ini melahirkan cinta sejati yang Allah kirimkan kepada jiwa Nabi Saw. Cinta ini pula yang masih menyertai nama Khadijah tatkala nama tersebut disebut-sebut setelah Khadijah tiada, sehingga Aisyah cemburu padanya.
Sedangkan Aisyah adalah gabungan dari pesona kecantikan, kecerdasan, dan kematangan dini. Ummu Salamah berkata, “Rasul tidak dapat menahan diri jika bertemu dengan Aisyah.”
Banyak kisah-kisah romantis yang menghiasi kehidupan Nabi Muhammad dan istrinya, Aisyah. Rasul pernah berlomba lari dengan Aisyah. Rasul pernah bermanja diri kepada Aisyah. Rasul memanggil Aisyah dengan panggilan kesayangan ‘Humaira’. Rasul pernah disisirkan rambutnya, dan masih banyak lagi kisah serupa tentang romantika suami-istri.

3. Zulaikha dan Yusuf As. 
Cinta Zulaikha kepada Yusuf As. konon begitu dalam hingga Zulaikha takut cintanya kepada Yusuf merusak cintanya kepada Allah Swt. Berikut sedikit ulasan tentang cinta mereka
Zulaikha adalah seorang puteri raja sebuah kerajaan di barat (Maghrib) negeri Mesir. Beliau seorang puteri yang cantik menarik. Beliau bermimpi bertemu seorang pemuda yang menarik rupa parasnya dengan peribadi yang amanah dan mulia. Zulaikha pun jatuh hati padanya. Kemudian beliau bermimpi lagi bertemu dengannya tetapi tidak tahu namanya.
Kali berikutnya beliau bermimpi lagi, lelaki tersebut memperkenalkannya sebagai Wazir kerajaan Mesir. Kecintaan dan kasih sayang Zulaikha kepada pemuda tersebut terus berputik menjadi rindu dan rawan sehingga beliau menolak semua pinangan putera raja yang lain. Setelah bapanya mengetahui isihati puterinya, bapanya pun mengatur risikan ke negeri Mesir sehingga mengasilkan majlis pernikahan dengan Wazir negri Mesir.
Memandang Wazir tersebut atau al Aziz bagi kali pertama, hancur luluh dan kecewalah hati Zulaikha. Hatinya hampa dan amat terkejut, bukan wajah tersebut yang beliau temui di dalam mimpi dahulu. Bagaimanapun ada suara ghaib berbisik padanya: “Benar, ini bukan pujaan hati kamu. Tetapi hasrat kamu kepada kekasih kamu yang sebenarnya akan tercapai melaluinya. Janganlah kamu takut kepadanya. Mutiara kehormatan engkau sebagai perawan selamat bersama-sama dengannya.
Perlu diingat sejarah Mesir menyebut, Wazir diraja Mesir tersebut adalah seorang kasi, yang dikehendaki berkhidmat sepenuh masa kepada baginda raja. Oleh yang demikian Zulaikha terus bertekat untuk terus taat kepada suaminya kerana ia percaya ia selamat bersamnya.
Demikian masa berlalu, sehingga suatu hari al-Aziz membawa pulang Yusuf a.s. yang dibelinya di pasar. Sekali lagi Zulaikha terkejut besar, itulah Yusuf a.s yang dikenalinya didalam mimpi. Tampan, menarik dan menawan.
Sabda Nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Hammad dari Tsabit bin Anas memperjelasnya: "Yusuf dan ibunya telah diberi oleh Allah separuh kecantikan dunia."
Kisah Zulaikha dan Yusuf direkam di dalam Al Quran pada Surah Yusuf ayat 21 sampai 36 dan ayat 51. Selepas ayat tersebut Al Quran tidak menceritakan kelanjutan hubungan Zulaikha dengan Yusuf a.s. Namun Ibn Katsir di dalam Tafsir Surah Yusuf memetik bahwa Muhammad bin Ishak berkata bahawa kedudukan yang diberikan kepada Yusuf a.s oleh raja Mesir adalah kedudukan yang dulunya dimiliki oleh suami Zulaikha yang telah dipecat. Juga disebut-sebut bahwa Yusuf telah beristrikan Zulaikha sesudah suaminya meninggal dunia, dan diceritakan bahwa pada suatu ketika berkatalah Yusuf kepada Zulaikha setelah ia menjadi isterinya, “Tidakkah keadaan dan hubungan kita se¬karang ini lebih baik dari apa yang pernah engkau inginkan?”
Zulaikha menjawab, “Janganlah engkau menyalahkan aku, hai kekasihku, aku sebagai wanita yang cantik, muda belia bersuamikan seorang pemuda yang berketerampilan dingin, menemuimu sebagai pemuda yang tampan, gagah perkasa bertubuh indah, apakah salah bila aku jatuh cinta kepadamu dan lupa akan kedudukanku sebagai wanita yang bersuami?”
Dikisahkan bahwa Yusuf menikahi Zulaikha dalam keadaan gadis (perawan) dan dari perkawinan itu memperoleh dua orang putra: Ifraitsim bin Yusuf dan Misya bin Yusuf.

4. Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra
Cinta Ali dan Fatimah luar biasa indah, terjaga kerahasiaanya dalam sikap, ekspresi, dan kata, hingga akhirnya Allah menyatukan mereka dalam suatu pernikahan. Konon saking rahasianya, setan saja tidak tahu menahu soal cinta di antara mereka. Subhanallah.
Ali terpesona pada Fatimah sejak lama, disebabkan oleh kesantunan, ibadah, kecekatan kerja, dan paras putri kesayangan Rasulullah Saw. itu. Ia pernah tertohok dua kali saat Abu Bakar dan Umar ibn Khattab melamar Fatimah sementara dirinya belum siap untuk melakukannya. Namun kesabarannya berbuah manis,lamaran kedua orang sahabat yang tak diragukan lagi kesholehannya tersebut ternyata ditolak Rasulullah Saw. Akhirnya Ali memberanikan diri. Dan ternyata lamarannya kepada Fatimah yang hanya bermodal baju besi diterima.
Di sisi lain, Fatimah ternyata telah memendam cintanya kepada Ali sejak lama. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah kedua menikah, Fatimah berkata kepada Ali: “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta pada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya”. Ali pun bertanya mengapa ia tetap mau menikah dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya. Sambil tersenyum Fathimah menjawab, “Pemuda itu adalah dirimu”

5. Umar bin Abdul Aziz
Umar bin Abdul Aziz, khalifah termasyhur dalam Bani Umayyah, suatu kali jatuh cinta pada seorang gadis, namun istrinya, Fatimah binti Abdul Malik tak pernah mengizinkannya menikah lagi. Suatu saat dikisahkan bahwa Umar mengalami sakit akibat kelelahan dalam mengatur urusan pemerintahan. Fatimah pun datang membawa kejutan untuk menghibur suaminya. Ia menghadiahkan gadis yang telah lama dicintai Umar, begitu pun si gadis mencintai Umar. Namun Umar malah berkata: "Tidak! Ini tidak boleh terjadi. Saya benar-benar tidak merubah diri saya kalau saya kembali kepada dunia perasaan semacam itu,"
Umar memenangkan cinta yang lain, karena memang ada cinta di atas cinta. Akhirnya ia menikahkan gadis itu dengan pemuda lain. Tidak ada cinta yang mati di sini. Karena sebelum meninggalkan rumah Umar, gadis itu bertanya, "Umar, dulu kamu pernah mencintaiku. Tapi kemanakah cinta itu sekarang?" Umar bergetar haru, tapi ia kemudian menjawab, "Cinta itu masih tetap ada, bahkan kini rasanya lebih dalam!"

6. Abdurrahman ibn Abu Bakar
Abdurrahman bin Abu Bakar Ash Shiddiq dan istrinya, Atika, amat saling mencintai satu sama lain sehingga Abu Bakar merasa khawatir dan pada akhirnya meminta Abdurrahman menceraikan istrinya karena takut cinta mereka berdua melalaikan dari jihad dan ibadah. Abdurrahman pun menuruti perintah ayahnya, meski cintanya pada sang istri begitu besar.
Namun tentu saja Abdurrahman tak pernah bisa melupakan istrinya. Berhari-hari ia larut dalam duka meski ia telah berusaha sebaik mungkin untuk tegar. Perasaan Abdurrahman itu pun melahirkan syair cinta indah sepanjang masa:

Demi Allah, tidaklah aku melupakanmu
Walau mentari tak terbit meninggi
Dan tidaklah terurai air mata merpati itu
Kecuali berbagi hati
Tak pernah kudapati orang sepertiku
Menceraikan orang seperti dia
Dan tidaklah orang seperti dia dithalaq karena dosanya
Dia berakhlaq mulia, beragama, dan bernabikan Muhammad
Berbudi pekerti tinggi, bersifat pemalu dan halus tutur katanya

Akhirnya hati sang ayah pun luluh. Mereka diizinkan untuk rujuk kembali. Abdurrahman pun membuktikan bahwa cintanya suci dan takkan mengorbankan ibadah dan jihadnya di jalan Allah. Terbukti ia syahid tak berapa lama kemudian.

7. Thalhah ibn ‘Ubaidillah
Berikut ini kutipan kisah Thalhah ibn ‘Ubaidillah.
Satu hari ia berbincang dengan ‘Aisyah, isteri sang Nabi, yang masih terhitung sepupunya. Rasulullah datang, dan wajah beliau pias tak suka. Dengan isyarat, beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam meminta ‘Aisyah masuk ke dalam bilik. Wajah Thalhah memerah. Ia undur diri bersama gumam dalam hati, “Beliau melarangku berbincang dengan ‘Aisyah. Tunggu saja, jika beliau telah diwafatkan Allah, takkan kubiarkan orang lain mendahuluiku melamar ‘Aisyah.”
Satu saat dibisikannya maksud itu pada seorang kawan, “Ya, akan kunikahi ‘Aisyah jika Nabi telah wafat.”
Gumam hati dan ucapan Thalhah disambut wahyu. Allah menurunkan firmanNya kepada Sang Nabi dalam ayat kelimapuluhtiga surat Al Ahzab, “Dan apabila kalian meminta suatu hajat kepada isteri Nabi itu, maka mintalah pada mereka dari balik hijab. Demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. Kalian tiada boleh menyakiti Rasulullah dan tidak boleh menikahi isteri-isterinya sesudah wafatnya selama-lamanya.”
Ketika ayat itu dibacakan padanya, Thalhah menangis. Ia lalu memerdekakan budaknya, menyumbangkan kesepuluh untanya untuk jalan Allah, dan menunaikan haji dengan berjalan kaki sebagai taubat dari ucapannya. Kelak, tetap dengan penuh cinta dinamainya putri kecil yang disayanginya dengan asma ‘Aisyah. ‘Aisyah binti Thalhah. Wanita jelita yang kelak menjadi permata zamannya dengan kecantikan, kecerdasan, dan kecemerlangannya. Persis seperti ‘Aisyah binti Abi Bakr yang pernah dicintai Thalhah.
Subhanallah.

8. Kisah cinta yang membawa surga
Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja' bin Amr An-Nakha'i, ia berkata, "Adalah di Kufah, terdapat pemuda tampan, dia sangat rajin dan taat. Suatu waktu dia berkunjung ke kampung dari Bani An-Nakha'.
Dia melihat seorang wanita cantik dari mereka sehingga dia jatuh cinta dan kasmaran. Dan ternyata cintanya pada si wanita cantik tak bertepuk sebelah tangan.
Karena sudah jatuh cinta, akhirnya pemuda itu mengutus seseorang untuk melamar gadis tersebut. Tetapi si ayah mengabarkan bahwa putrinya telah dojodohkan dengan sepupunya. Walau demikian, cinta keduanya tak bisa padam bahkan semakin berkobar. Si wanita akhirnya mengirim pesan lewat seseorang untuk si pemuda, bunyinya, 'Aku telah tahu betapa besar cintamu kepadaku, dan betapa besar pula aku diuji dengan kamu. Bila kamu setuju, aku akan mengunjungimu atau aku akan mempermudah jalan bagimu untuk datang menemuiku di rumahku.'
Dijawab oleh pemuda tadi melalui orang suruhannya, 'Aku tidak setuju dengan dua alternatif itu, sesungguhnya aku merasa takut bila aku berbuat maksiat pada Rabbku akan adzab yang akan menimpaku pada hari yang besar. Aku takut pada api yang tidak pernah mengecil nyalanya dan tidak pernah padam kobaranya.'
Ketika disampaikan pesan tadi kepada si wanita, dia berkata, "Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah? Demi Allah, tak ada seseorang yang lebih berhak untuk bertaqwa kepada Allah dari orang lain. Semua hamba sama-sama berhak untuk itu." Kemudian dia meninggalkan urusan dunia dan menyingkirkan perbuatan-perbuatan buruknya serta mulai beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Akan tetapi, dia masih menyimpan perasaan cinta dan rindu pada sang pemuda. Tubuhnya mulai kurus karena menahan rindunya, sampai akhirnya dia meninggal dunia karenanya. Dan pemuda itu seringkali berziarah ke kuburnya, Dia menangis dan mendo'akanya. Suatu waktu dia tertidur di atas kuburannya. Dia bermimpi berjumpa dengan kekasihnya dengan penampilan yang sangat baik. Dalam mimpi dia sempat bertanya, "Bagaimana keadaanmu? Dan apa yang kau dapatkan setelah meninggal?"
Dia menjawab, "Sebaik-baik cinta wahai orang yang bertanya, adalah cintamu. Sebuah cinta yang dapat mengiring menuju kebaikan."
Pemuda itu bertanya, "Jika demikian, kemanakah kau menuju?" Dia jawab, "Aku sekarang menuju pada kenikmatan dan kehidupan yang tak berakhir. Di Surga kekekalan yang dapat kumiliki dan tidak akan pernah rusak."
Pemuda itu berkata, "Aku harap kau selalu ingat padaku di sana, sebab aku di sini juga tidak melupakanmu." Dia jawab, "Demi Allah, aku juga tidak melupakanmu. Dan aku meminta kepada Tuhanku dan Tuhanmu (Allah SWT) agar kita nanti bisa dikumpulkan. Maka, bantulah aku dalam hal ini dengan kesungguhanmu dalam ibadah."
Si pemuda bertanya, "Kapan aku bisa melihatmu?" Jawab si wanita: "Tak lama lagi kau akan datang melihat kami." Tujuh hari setelah mimpi itu berlalu, si pemuda dipanggil oleh Allah menuju kehadiratNya, meninggal dunia.
Hmm, sebuah kisah cinta yang agung dengan berdasarkan janji bertemu di surga. Luar biasa. AllahuAkbar. 

9. Ummu Sulaim dan Abu Thalhah
Ummu Sulaim merupakan janda dari Malik bin Nadhir. Abu Thalhah yang memendam rasa cinta dan kagum akhirnya memutuskan untuk menikahi Ummu Sulaim tanpa banyak pertimbangan. Namun di luar dugaan, jawaban Ummu Sulaim membuat lidahnya menjadi kelu dan rasa kecewanya begitu menyesakkan dada, meski Ummu Sulaim berkata dengan sopan dan rasa hormat,
"Sesungguhnya saya tidak pantas menolak orang yang seperti engkau, wahai Abu Thalhah. Hanya sayang engkau seorang kafir dan saya seorang muslimah. Maka tak pantas bagiku menikah denganmu. Coba Anda tebak apa keinginan saya?"
"Engkau menginginkan dinar dan kenikmatan," kata Abu Thalhah.
"Sedikitpun saya tidak menginginkan dinar dan kenikmatan. Yang saya inginkan hanya engkau segera memeluk agama Islam," tukas Ummu Sualim tandas.
"Tetapi saya tidak mengerti siapa yang akan menjadi pembimbingku?" tanya Abu Thalhah.
"Tentu saja pembimbingmu adalah Rasululah sendiri," tegas Ummu Sulaim.
Maka Abu Thalhah pun bergegas pergi menjumpai Rasulullah Saw. yang mana saat itu tengah duduk bersama para sahabatnya. Melihat kedatangan Abu Thalhah, Rasulullah Saw. berseru, "Abu Thalhah telah datang kepada kalian, dan cahaya Islam tampak pada kedua bola matanya."
Ketulusan hati Ummu Sulaim benar-benar terasa mengharukan relung-relung hati Abu Thalhah. Ummu Sulaim hanya akan mau dinikahi dengan keislamannya tanpa sedikitpun tegiur oleh kenikmatan yang dia janjikan. Wanita mana lagi yang lebih pantas menjadi istri dan ibu asuh anak-anaknya selain Ummu Sulaim? Hingga tanpa terasa di hadapan Rasulullah Saw. lisan Abu Thalhah basah mengulang-ulang kalimat, "Saya mengikuti ajaran Anda, wahai Rasulullah. Saya bersaksi, bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusanNya."
Menikahlah Ummu Sulaim dengan Abu Thalhah, sedangkan maharnya adalah keislaman suaminya. Hingga Tsabit –seorang perawi hadits- meriwayatkan dari Anas, "Sama sekali aku belum pernah mendengar seorang wanita yang maharnya lebih mulia dari Ummu Sulaim, yaitu keislaman suaminya." Selanjutnya mereka menjalani kehidupan rumah tangga yang damai dan sejahtera dalam naungan cahaya Islam. 

10. Kisah seorang pemuda yang menemukan apel
Alkisah ada seorang pemuda yang ingin pergi menuntut ilmu. Di tengah perjalanan dia haus dan singgah sebentar di sungai yang airnya jernih. dia langsung mengambil air dan meminumnya. tak berapa lama kemudian dia melihat ada sebuah apel yang terbawa arus sungai, dia pun mengambilnya dan segera memakannya. setelah dia memakan segigit apel itu dia segera berkata "Astagfirullah"
Dia merasa bersalah karena telah memakan apel milik orang lain tanpa meminta izin terlebih dahulu. "Apel ini pasti punya pemiliknya, lancang sekali aku sudah memakannya. Aku harus menemui pemiliknya dan menebus apel ini".
Akhirnya dia menunda perjalanannya menuntut ilmu dan pergi menemui sang pemilik apel dengan menyusuri bantaran sungai untuk sampai kerumah pemilik apel. Tak lama kemudian dia sudah sampai ke rumah pemilik apel. Dia melihat kebun apel yang apelnya tumbuh dengan lebat.
"Assalamualaikum...."
"Waalaikumsalam wr.wb.". Jawab seorang lelaki tua dari dalam rumahnya.
Pemuda itu dipersilahkan duduk dan dia pun langsung mengatakan segala sesuatunya tanpa ada yang ditambahi dan dikurangi. Bahwa dia telah lancang memakan apel yang terbawa arus sungai.
"Berapa harus kutebus harga apel ini agar kau ridha apel ini aku makan pak tua". tanya pemuda itu.
Lalu pak tua itu menjawab. "Tak usah kau bayar apel itu, tapi kau harus bekerja di kebunku selama 3 tahun tanpa dibayar, apakah kau mau?"
Pemuda itu tampak berfikir, karena untuk segigit apel dia harus membayar dengan bekerja di rumah bapak itu selama tiga tahun dan itupun tanpa digaji, tapi hanya itu satu-satunya pilihan yang harus diambilnya agar bapak itu ridha apelnya ia makan."Baiklah pak, saya mau."
Alhasil pemuda itu bekerja di kebun sang pemilik apel tanpa dibayar. Hari berganti hari, minggu, bulan dan tahun pun berlalu. Tak terasa sudah tiga tahun dia bekerja dikebun itu. Dan hari terakhir dia ingin pamit kepada pemilik kebun.
"Pak tua, sekarang waktuku bekerja di tempatmu sudah berakhir, apakah sekarang kau ridha kalau apelmu sudah aku makan?"
Pak tua itu diam sejenak. "Belum."
Pemuda itu terhenyak. "Kenapa pak tua, bukankah aku sudah bekerja selama tiga tahun di kebunmu."
"Ya, tapi aku tetap tidak ridha jika kau belum melakukan satu permintaanku lagi."
"Apa itu pak tua?"
"Kau harus menikahi putriku, apakah kau mau?"
"Ya, aku mau." jawab pemuda itu.
Bapak tua itu mengatakan lebih lanjut. "Tapi, putriku buta, tuli, bisu dan lumpuh, apakah kau mau?"
Pemuda itu tampak berfikir, bagaimana tidak...dia akan menikahi gadis yang tidak pernah dikenalnya dan gadis itu cacat, dia buta, tuli, dan lumpuh. Bagaimana dia bisa berkomunikasi nantinya? Tapi diap un ingat kembali dengan segigit apel yang telah dimakannya. Dan dia pun menyetujui untuk menikah dengan anak pemilik kebun apel itu untuk mencari ridha atas apel yang sudah dimakannya.
"Baiklah pak, aku mau."
Segera pernikahan pun dilaksanakan. Setelah ijab kabul sang pemuda itupun masuk kamar pengantin. Dia mengucapkan salam dan betapa kagetnya dia ketika dia mendengar salamnya dibalas dari dalam kamarnya. Seketika itupun dia berlari mencari sang bapak pemilik apel yang sudah menjadi mertuanya.
"Ayahanda...siapakah wanita yang ada didalam kamar pengantinku? Kenapa aku tidak menemukan istriku?"
Pak tua itu tersenyum dan menjawab. "Masuklah nak, itu kamarmu dan yang di dalam sana adalah istimu."
Pemuda itu tampak bingung. "Tapi ayahanda, bukankah istriku buta, tuli tapi kenapa dia bisa mendengar salamku?
Bukankah dia bisu tapi kenapa dia bisa menjawab salamku?"
Pak tua itu tersenyum lagi dan menjelaskan. "Ya, memang dia buta, buta dari segala hal yang dilarang Allah. Dia tuli, tuli dari hal-hal yang tidak pantas didengarnya dan dilarang Allah. Dia memang bisu, bisu dari hal yang sifatnya sia-sia dan dilarang Allah, dan dia lumpuh, karena tidak bisa berjalan ke tempat-tempat yang maksiat."
Pemuda itu hanya terdiam dan mengucap lirih: "Subhanallah....."
Dan merekapun hidup berbahagia dengan cinta dari Allah.
Continue Reading
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Cahaya diatas Cahaya - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger