Fuad Syarif Hidayatullah

Pemuda Cemerlang, Siapakah Mereka?

Selasa, 29 Oktober 2013 | 0 komentar

Tangguh, bersemangat tinggi dan bercita-cita luhur. Hal-hal tersebutlah yang idealnya ada dalam diri pemuda. Dengan segudang potensi yang dimilikinya, pemuda dapat berkontribusi dalam sebuah perubahan. Pemuda senantiasa  menjadi akselerator dalam setiap pergerakan. Semua ini mungkin terdengar klise tapi sejarah nyata telah mencatat, pemuda dapat membangun bahkan meruntuhkan sebuah peradaban.

"Pemuda Ideal Kurang Lebih Memiliki Lebih Kriteria yang disebutkan diatas; Tangguh, Bersemangat Tinggi, dan Bercita-cita Luhur"
Continue Reading

Untuk Anak? (Renungan, kepada mereka yang sibuk berkarir)

Jumat, 25 Oktober 2013 | 0 komentar

Seperti biasa Toni, Kepala Cabang sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Nanda, putra pertamanya yang baru duduk di kelas 2 SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama. 
“Kok belum tidur?” sapa Toni sambil mencium kening anaknya. Biasanya Nanda sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Nanda menjawab, “Aku menunggu Ayah pulang, sebab aku mau bertanya berapa sih gaji Ayah.” 


Continue Reading

Prinsip Hukum Islam “Mengungkap Makna di Balik Shalat”

Kamis, 24 Oktober 2013 | 0 komentar

Begitu indah setiap aturan yang dihadirkan oleh agama islam ini bagi kehidupan manusia, semua sisi kehidupan mereka dipenuhi oleh rambu-rambu yang tak hanya sarat dengan kemaslahatan, akan tetapi juga membebaskan manusia dari barbagai macam bahaya. Bak sebuah santapan, maka kandungan dalam agama islam ini mencakup banyak nutrisi yang sangat berguna bagi para pemeluknya. Itulah substansi dari nilai-nilai dalam islam yang sangat kokoh melekat.

Continue Reading

Subhanallah.. Sungguh Mulia Permintaamu

Rabu, 23 Oktober 2013 | 0 komentar

Ini mengenai sebuah kisah seorang wanita pada masa Rasulullah saw yang hendaknya bisa dijadikan pelajaran dan menjadi renungan untuk kita semua.

Ibnu Abbas berkata,”Maukah kamu aku perlihatkan perempuan ahli syurga?"
Aku ( Atha’ bin Rabah ) menjawab,"Ya".
Ibnu Abbas melanjutkan perkataannya, “Perempuan hitam itu datang kepada Nabi saw, lalu berkata, “Sesungguhnya aku mengidap penyakit epilepsi dan auratku tersingkap (ketika kambuh), maka do’akanlah kepada Allah untukku". Menanggapi perempuan itu, beliau saw bersabda,
"Insyiti shobarti walakil jannah, wa in syiti da’au tullah an yu’aa fiyak" , "Jika kamu mau, bersabarlah kamu berhak mendapat jannah ; dan jika kamu mau, aku akan berdo’a kepada Alloh agar menyembuhkanmu".
Perempuan ini berkata, “Aku memilih untuk bersabar”. Kemudian dia melanjutkan perkataannya, “ Sesungguhnya auratku tersingkap ketika aku kambuh, do’akanlah kepada Alloh agar auratku tidak tersingkap “. Rasulullah saw pun mendo’akannya “. ( HR. Bukhari )
Girl.. hampir setiap kali membaca kisah diatas, air mataku meluncur membasahi pipi.. Subhanallah.. sabarnya muslimah itu, ikhlasnya dia.. Rela tetap menderita penyakit, yang menurut sebagian orang memalukan. Asalkan ia mendapat jannah.
Dan yang membuat aku tambah terharu.. permintaannya itu girls, mohon dido’akan agar auratnya tidak terbuka..

Subhanallah..ia sangat ketat menjaga perintah Allah, walaupun ada alasan syar'i yang meringankannya (sakit). Tapi tetap saja ia mengkhawatirkannya. Itu semua jelas berangkat dari kuatnya aqidah. Yang melahirkan akhlakul karimah.

Bila bercermin dengan keadaan saat ini, pedih dan prihatin yang hadir. Bagaimana tidak miris, masih banyak saudari-saudari kita/ muslimah tentunya yang belum menutup aurat.
Pernahkah mereka membaca kisah mulia itu ?

Girls.. kamu sudah berjilbab kan? kalau belum.. cobalah hayati dan pahami kisah indah dan sangat mulia diatas. Bukalah hati, cari dan kejarlah hidayah. Semoga Allah SWT limpahkan  hidayah taufik kepadamu. Aamiiin.
Continue Reading

Beliau, Begitu Sederhana, Hafalannya Luar Biasa

Kamis, 17 Oktober 2013 | 0 komentar

Syaikh Ibnu Baz adalah seorang yang sangat tidak perhatian dengan dunia sebagaimana yang bisa kita ketahui dari keadaan beliau. Terlebih jika kita tahu bahwa beliau itu tidak memiliki rumah!!!.
Dr Zahrani pernah berupaya untuk meminta izin kepada beliau untuk membeli rumah yang biasa beliau tempati jika berada di Mekah karena rumah tersebut biasanya cuma disewa. Komentar beliau,
“Palingkan pandanganmu dari topik ini. Sibukkan dirimu untuk mengurusi kepentingan kaum muslimin”.
Suatu ketika Raja Faishal berkunjung ke kota Madinah dan Syeikh Ibnu Baz ketika itu adalah rektor Universitas Islam Madinah. Ketika itu raja Faishal berkunjung ke rumah Syeikh Ibnu Baz. Saat itu raja Faishal berkata kepada beliau,
“Kami akan bangunkan rumah yang layak untukmu”.
Menanggapi hal tersebut, beliau hanya diam dan tidak berkomentar. Akhirnya rumah pun dibangun. Ketika panitia pembangunan mau membuat surat kepemilikan rumah atas nama Syeikh Ibnu Baz beliau berkata,
“Jangan. Buatlah surat kepemilikan rumah tersebut atas nama rektor Universitas Islam Madinah sehingga jika ada rektor baru penggantiku maka inilah rumah kediamannya”.
Syeikh Ibnu Baz itu memiliki daya ingat yang luar biasa. Jika kita bertemu dan mengucapkan salam kepada beliau dan kita pernah mengucapkan salam kepada beliau beberapa tahun sebelumnya maka beliau pasti masih mengenal kita.
Bahkan ada orang yang bercerita bahwa dia bertemu dan mengucapkan salam kepada Syeikh Ibnu Baz setelah lima belas tahun ternyata Syeikh Ibnu Baz masih ingat dengan namanya.
Akan tetapi yang lebih mengherankan adalah kemampuan beliau untuk menghafal jilid dan halaman buku. Bahkan beliau bisa mengoreksi beberapa buku dengan bermodalkan hafalan beliau.
Syeikh Syinqithi, penulis Adhwa-ul Bayan, itu tergolong guru Syeikh Ibnu Baz. Beliau adalah seorang pakar dalam ilmu syar’i dengan kekuatan hafalan yang tidak tertandingi. Syeih Ibnu Baz sering menghadiri ceramah-ceramah yang disampaikan oleh Syiekh Syinqithi. Beliau kagum dengan cepatnya Syeikh Syinqithi dalam penyampaiannya. Dalam salah satu kaset Syeikh Ibnu Baz mengungkapkan kekagumannya dengan mengatakan, “Maa syaallah. Maa syaallah”.
Satu hari Syeikh Syinqithi sejak usai shalat Shubuh sampai watu dhuha mencari-cari sebuah hadits yang dinyatakan oleh Ibnu Katsir ada dalam sunan Abu Daud. Beliau bolak-balik kitab sunan Abu Daud namun beliau tidak kunjung mendapatkannya. Syeikh Syinqithi berkata,
“Aku tidak menyalahkan Ibnu Katsir namun aku belum mendapatkannya. Ketika aku sedang asyik mencari tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu. Aku lantas berdiri dan membuka pintu”.
Ternyata Syeikh Ibnu Baz yang datang bertamu. Ketika Ibnu Baz masih di depan pintu dan belum masuk ke dalam rumah, Syeikh Syinqithi berkata,
“Ya Syekh Abdul Aziz, Ibnu Katsir menyebutkan bahwa hadits yang bunyinya demikian dan demikian itu ada di Sunan Abu Daud. Sejak usai shalat Shubuh kucari-cari hadits tersebut namun tidak kudapatkan. Di manakah hadits tersebut?”.
Syeikh Ibnu Baz berkata,
“Ada…ada di kitab ini halaman sekian”.
Syeikh Syinqithi,
“Sekarang silahkan masuk ya Syeikh”.
Syeikh Ibnu Baz memiliki daya ingat yang luar biasa. Ini disebabkan tentunya karunia Allah kemudian beliau adalah seorang yang tidak pernah lepas dari berdzikir. Lisan beliau selalu basah untuk berdzikir mengingat Allah. Beliau senantiasa berdzikir. Ini adalah sebuah realita yang bisa disaksikan oleh orang yang bertemu dengan beliau meski sejenak.
Syeih Ibnu Baz mulai mengisi kajian dan menyebaran ilmu sejak belia. Dalam sebuah wawancara yang dilakukan oleh sebuah majalah yang bernama al Majallah dengan Ibnu Baz terdapat dialog sebagai berikut.
Al Majallah, “Sungguh engkau adalah seorang hakim akan tetapi engkau mendapatkan popularitas yang luas berbagai dengan para hakim yang lain. Apa rahasianya?”
Jawaban beliau,
“Kami bertugas sebagai hakim. Setelah jam kerja berakhir kami mengisi berbagai kajian. Kami adakan berbagai kajian keislaman dan kami terus mengajar dan mengisi pengajian sehingga Allah jadian kami manusia yang bermanfaat bagi banyak orang”.
Beliau memang memiliki pandangan khas tentang tugas seorang hakim peradilan syariah. Beliau berpandangan bahwa seorang hakim tidak cukup dengan menjalankan tugasnya di pengadilan. Beliau mencela para hakim yang bersikap semacam itu.
Beliau pernah mengatakan,
“Jika seorang hakim hanya mencukupkan diri memutuskan sengketa tentang onta, keledai, sapi dan kambing atau semisalnya maka tidak ada kebaikan pada dirinya. Bahkan tugas hakim yang paling penting adalah amar makruf nahi munkar, berdakwah, memperbaiki lingkungan sekitarnya, mewujudkan kemaslahatan kaum muslimin dan menghubungkan orang-orang yang memerlukan untuk dihubungkan”.
Ketika Ibnu Baz menjadi hakim di daerah Dalm, beliau memiliki kursi terbuat dari tanah di tengah-tengah pasar. Di situlah beliau memutuskan berbagai sengketa yang terjadi di antara kaum muslimin.
Continue Reading

Secercah Cahaya di Tengah Kegelapan

| 0 komentar

Berjalan di bawah siraman cahaya hidayah merupakan nikmat yang sangat agung. Sebaliknya, tenggelam dalam kegelapan kesesatan merupakan bencana.
Cahaya yang akan menerangi perjalanan hidup seorang hamba dan menuntunnya menuju keselamatan adalah cahaya al-Qur’an dan cahaya iman. Yang keduanya telah dipadukan oleh Allah ta’ala di dalam firman-Nya (yang artinya), “Dahulu kamu -Muhammad- tidak mengetahui apa itu al-Kitab dan apa pula iman, akan tetapi kemudian Kami jadikan hal itu sebagai cahaya yang dengannya Kami akan memberikan petunjuk siapa saja di antara hamba-hamba Kami yang Kami kehendaki.” (QS. asy-Syura: 52)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “…Dan sesungguhnya kedua hal itu -yaitu al-Qur’an dan iman- merupakan sumber segala kebaikan di dunia dan di akherat. Ilmu tentang keduanya adalah ilmu yang paling agung dan paling utama. Bahkan pada hakekatnya tidak ada ilmu yang bermanfaat bagi pemiliknya selain ilmu tentang keduanya.” (al-’Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 38)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar darinya? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. al-An’aam: 122)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Orang itu -yaitu yang berada dalam kegelapan- adalah dulunya mati akibat kebodohan yang meliputi hatinya, maka Allah menghidupkannya kembali dengan ilmu dan Allah berikan cahaya keimanan yang dengan itu dia bisa berjalan di tengah-tengah orang banyak.” (al-’Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 35)
Orang-orang yang beriman, mendapat anugerah bimbingan dari Allah untuk keluar dari kegelapan menuju cahaya. Adapun orang-orang kafir dan para penentang ayat-ayat-Nya serta orang-orang yang berpaling dari petunjuk Rabbnya, maka ‘pembimbing’ mereka adalah thoghut, yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju gelap gulita.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Allah adalah penolong bagi orang-orang yang beriman, Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya, adapun orang-orang kafir itu penolong mereka adalah thoghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan-kegelapan.” (QS. al-Baqarah: 257)
Begitu pula orang-orang munafik, orang-orang yang sengaja meninggalkan kebenaran dan mencampakkannya, maka Allah ta’ala tidak segan-segan untuk membiarkan mereka berjalan di atas kegelapan yang mereka pilih atas kehendak hawa nafsunya.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Perumpamaan mereka -orang munafik- seperti orang-orang yang menyalakan api, setelah menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, sehingga mereka tidak dapat kembali.” (QS. al-Baqarah: 17-18)
Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata, “Ini adalah sifat orang-orang munafik. Dahulu mereka beriman sehingga iman itu menyinari hati mereka sebagaimana api yang menyinari orang-orang yang menyalakan api. Kemudian mereka justru kufur maka Allah pun menghilangkan cahaya yang menyinari mereka dan mencabutnya sebagaimana lenyapnya cahaya dari api tersebut sehingga Allah membiarkan mereka berada dalam kegelapan, tidak dapat melihat.” (Tafsir al-Qur’an al-Azhim [1/67])
Semoga Allah melindungi kita dari fitnah dan kemunafikan, dari berpaling kepada kekafiran dan hanyut dalam kemaksiatan setelah Allah berikan kepada kita nikmat hidayah dan ketaatan.

Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Dari artikel 'Secercah Cahaya di Tengah Gulita — Muslim.Or.Id'
Continue Reading

Yang Galau Menanti Jodoh

Rabu, 16 Oktober 2013 | 0 komentar

Sebagaimana kematian, rejeki, dan ajal, jodoh adalah rahasia Allah swt yang tidak dapat kita duga kedatangannya. Banyak insan menjadi resah tak berujung, saat usia kian bertambah namun jodoh tak juga datang menghampiri. Sementara di luar sana, teman dan kerabat tak henti bertanya kapan si lajang akan menikah? Orang tua pun sama, seolah tak mengerti kegundahan yang dirasa anaknya, desakan agar sang anak segera mengakhiri masa lajang bertubi-tubi dialamatkan.

Kegelisahan belum mendapatkan jodoh lebih sering kita temui menerpa muslimah. Ketika ditanya, apakah standar calon suami yang diharapkan terlalu tinggi? Rata-rata jawabannya adalah tidak. Sebab seiring bertambahnya usia, muslimah menjadi lebih arif dalam menentukan kriteria calon pasangan hidup. Ia tak lagi mendamba arjuna yang serba sempurna. Melainkan, standar idealis itu telah berubah menjadi realistis. Apapun resiko yang mungkin terjadi, akan siap dihadapi jika memang seseorang yang benar-benar apa adanya segera datang.

Namun, jika standar tinggi tak lagi dipatok dan seseorang itu tetap belum menampakkan tanda-tanda kedatangannya, salahkah muslimah jika belum juga menggenapkan setengah dien-nya?Kuncinya: Tawakal
Seseorang yang belum juga menemukan jodohnya, hendaknya tidak serta merta berputus asa. Sebab sebagaimana kehidupan itu sendiri, jodoh adalah benar-benar sesuatu yang menjadi urusan Allah. Keyakinan bahwa janji Allah adalah pasti, mutlak terpatri di hati para muslimah. Maka, ketika hati merasa resah, perlu kiranya mengingat-ingat firman Allah swt,
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar-Rum : 21)

Bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan adalah kekuasaan Allah. Maka, yang perlu diperkuat adalah keyakinan kepada Allah. Bahwa jodoh setiap insan insya Allah pasti ada. Siapa dia, ada di mana, dan kapan akan datang? Adalah rahasia Allah yang hanya Allah saja yang tahu. Satu keyakinan, bahwa Allah hanya akan mengirimkan orang yang tepat pada saat yang tepat dalam pandangan Allah.

Tawakal yang dapat berbuah manis hanyalah tawakal yang dapat melahirkan ikhtiar yang sungguh-sungguh dalam menemukan pendamping hidup. Bukanlah dikatakan tawakal orang yang hanya diam terpaku menanti jodoh yang akan tiba-tiba datang. Akan tetapi, tawakal ialah sebagaimana yang disabdakan Rasulullah saw, “Ikatlah dahulu untamu, baru kamu bertawakal,” kepada seorang sahabat yang bergegas masuk masjid dengan meninggalkan untanya dalam keadaan tidak diikat dengan alasan bertawakal kepada Allah.

Begitulah tawakal. Penyerahan urusan secara total kepada Sang Pemilik Segala Urusan tanpa meninggalkan ikhtiar dengan sungguh-sungguh sesuai apa yang telah disyariatkan.
Jika sudah demikian, tak ada lagi resah, gelisah, juga galau yang mendera meski dalam usia menjelang senja namun jodoh tak jua tiba.

Jangan Abaikan Evaluasi

Alur kehidupan ini sebenarnyalah telah  digariskan oleh Allah Yang Maha Menentukan. Ada syariat yang menuntun pada jalan keselamatan selama menjalani kehidupan di dunia. Tak terkecuali skenario Allah bernama pernikahan.

Hanya saja, ketika perjalanan hidup kita rasa ada yang salah, bukanlah taqdir yang salah, melainkan kita sendiri yang harus mengevaluasi diri. Adakah yang kita jalani dalam kehidupan ini telah benar-benar sesuai dengan rambu-rambu yang Allah gariskan? Atau ada ambisi dan ego pribadi yang menjadikan skenario hidup kita tampak tak sesuai harapan?

Berkaitan dengan pendamping hidup yang terasa ‘Antara ada dan tiada’, berikut diantara hal-hal yang mesti menjadi bahan evaluasi para muslimah:

1. Kelewat Fokus Dalam Karir
Tak dapat dipungkiri, ada diantara para muslimah yang dalam kesehariannya menjadi penopang perekonomian keluarga. Atau ada juga yang dari segi ekonomi termasuk dari kalangan keluarga yang kurang mampu. Sehingga untuk menutup biaya hidup, ia dituntut untuk fokus dalam karir. Hal ini membuat sebagian muslimah dalam usia mudanya benar-benar memfokuskan diri untuk bekerja dan bekerja. Sehingga ikhtiar ke arah pernikahan menjadi tidak terfikirkan. Ketika usia kian bertambah tua, biasanya kesadaran ke arah tersebut baru mulai ada.

2. Kriteria Yang Terlalu Tinggi
Ingin memiliki pendamping hidup yang beriman, tampan, dan mapan adalah dambaan setiap muslimah. Ketika usia masih terbilang muda, banyak diantara muslimah yang mematok kriteria yang demikian ideal bagi lelaki yang ingin menjadi pendamping hidupnya. Akibatnya, laki-laki yang sebenarnya telah siap menikah dan ingin mengkhitbah menjadi mundur teratur begitu tahu sang muslimah memasang sederet kriteria yang tinggi mengawang-awang. Padahal Islam dengan segenap aturannya yang sempurna telah dengan lugas memberikan batasan-batasan kriteria laki-laki yang pantas untuk menikah. Bahkan jika laki-laki itu tak berharta melimpah sekalipun. Sebagaimana firman Allah swt,
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS. An Nuur:32)

3. Mengabaikan Jalan Menemukan Pasangan
Melalui jalan mana jodoh itu akan datang, hanya Allah yang tahu. Namun seseorang tetap memerlukan eksistensi akan keberadaan diri serta kebaikan-kebaikannya. Tak ada yang tahu ada seorang muslimah shalihah yang peduli dengan dakwah dan juga cakap berumah tangga, jika sang muslimah membatasi diri dari pergaulan, terutama dengan orang-orang shalih. Maka, banyak bergaul dan beraktivitas dengan orang-orang shalih mutlak dilakukan oleh siapapun, tak terkecuali para muslimah. Sebab, jodoh yang baik akan ditemukan di lingkaran orang-orang yang juga baik, dan sama-sama melakukan aktivitas kebaikan.

Saatnya Berdamai dengan Keadaan

Segenap usaha disertai penyerahan diri secara total kepada Allah telah dilakukan. Evaluasi pun telah dilaksanakan hingga melahirkan suatu perubahan diri. Namun, jodoh yang dinanti tak jua datang menghampiri. Jika itu terjadi, tetaplah berbaik sangka kepada Allah. Sebab, Allah akan mengikuti prasangka hamba-Nya. Dan jangan sedikit pun kita berputus asa dari rahmat Allah ketika sesuatu yang menjadi harapan tak kunjung berwujud menjadi kenyataan. Kuatkan terus menerus dalam hati, bahwa Allah tak pernah ingkar janji. Dan itu akan menjadi keistimewaan tersendiri di mata Allah yang dapat membuahkan ganjaran pahala.

Yang tak kalah penting adalah berdamai dengan keadaan dan terus berpikir positif. Bahwa Allah tak akan menyia-nyiakan sekecil apapun usaha hamba-Nya dalam meraih sesuatu yang mengantarkan pada kebaikan hidup di dunia maupun di akhirat. Termasuk usaha menemukan pasangan untuk bersama-sama menggenapkan setengah dien melalui sebuah pernikahan barakah. Wallahu’alam.
Continue Reading

Kelebihan Para Cowok Shalih

Senin, 14 Oktober 2013 | 0 komentar

Islam adalah rahmat bagi semesta alam. Dan manusia yang punya iman, pastinya bikin manusia lain disekitarnya ngerasa damai dan adem. Seperti para cowok sholeh, yaitu mereka yang taat banget sama Allah, pas manusia lihat atau nggak lagi ada siapapun yang melihat. Karena itulah, mereka banyak disayang, bahkan Allahpun sayang sama mereka.
Banyak kelebihan yang dimiliki oleh para cowok sholeh ini, salah satunya adalah seperti yang dibawah ini :


Continue Reading

Makalah Muthalaah

| 0 komentar


اَلْأَمْثَالُ الْعَرَبِيَّةُ
المقالة مقدمة لاكمال الشروط المطلوبة في الامتحان النهائي



تأليف:
فؤاد شريف هداية الله
أول الدين

تحت الإشراف
تلقيس نوردينتو

PENDIDIKAN ULAMA TARJIH MUHAMMADIYAH
PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2012


Continue Reading

FILOSOFI IBADAH PUASA

| 0 komentar

Pendahuluan

اللهم سلمنى إلى رمضان وسلم لى رمضان وتسلمه منى متقبلا
“Ya Allah, serahkanlah aku pada bulan Ramadhan, dan serahkanlah Ramadhan kepadaku, dan Engkau menerimanya daripadaku dengan rela“

Ramadhan bulan yang sangat di muliakan oleh Alah, karena pada bulan ini di wajibkan puasa bagii umat islam. Istilah Ramadhan di ambil dari kata Ramadha atau Ramdha yang berarti, sangat panas atau panas terik. Dinamai Ramadhan karena pada bulan ini,semua dosa terbalas habis oleh amal-amal saleh atau puasa. Istilah puasa sudah familiar di kalangan umat islam, mengandung makna bersungguh-sungguh menjaga diri dari segala yang membatalkannya dari mulai terbit fajar sampai terbenam matahari karena perintah Allah, dengan di sertai niat dan syarat-syarat tertentu.

Ketakwaan akan mudah di raih manakala kita menjalankan ibadah puasa dengan ikhlas semata-mata karena Allah. Rasulullah biasanya memberi kabar gembira kepada para sahabatnya dengan bersabda:
“Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang dii berkahi. Allah mewajibkan puasa di dalamnya, pada bulan ini pintu-pintu surga di buka, pintu-pintu neraka di tutup, dan para setan di ikat, juga terdapat pada bulan ini malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang tidak memperoleh kebaikannya maka dia tidak memperoleh apa-apa“. [HR. Ahmad-Nasa’i]

Momentum Ramadhan jangan sampai di sia-siakan, pergunakanlah untuk melatih kecerdasan mental spiritual dengan memperbanyak membaca al-Qur’an dan dan menghayati maknanya, berdzikir serta beramal saleh. “Barangsiapa yang mendapati Ramadhan dalam keadaan sehat dan sebagai seorang muslim lalu puasa pada siang harinya dan melakukan shalat pada sebagian malamnya, serta menundukan pandangan, menjaga kemaluan, lisan dan tangannya, dan menjaga shalatnya secara berjamaah dan segera berangkat untuk shalat jum’at, sungguh ia telah puasa sebulan penuh, menerima pahala yang sempurna, mendapatkan pahala Lailatul Qadar serta beruntung dengan hadiah dari Tuhan Yang Maha Tinggi. Abu Jafar berkata: “ Hadiah yang tidak serupa dengan hadiah-hadiah para penguasa. “ [HR. Ibnu Abi Dunya]

Puasa pada bulan Ramadhan merupakan suatu sarana untuk mengontrol kebiasaan buruk. Orang yang puasa aktivitasnya terfokus dan terorientasi kepada ketakwaan, sehingga segala daya dan tenaganya terarah kepada tujuan yang jelas. Orang yang berpuasa menyeimbangkan antara lahir dan batinnya, sehingga dirinya merasakan keharmonisan dalam hidup. Pribadi yang harmonis hasil dari puasa yang dilakukannya dengan nilai-nilai spiritual yang melekat pada dirinya. Pribadi yang harmonis adalah pribadi yang senantiasa mengevaluasi nilai amal. Introsfeksi diri selalu di lakukannya setiap saat dikala lapang maupun dikala sempit, dikala suka maupun dikala duka. Ramadhan di dalamnya terdapat Lailatul Qadar, setiap orang pasti mengharapkan malam yang penuh berekah ini. “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang di berekahi“. [QS.ad-Dukhan: 3]

Allah sangat mengagungkan malam Lailatul Qadar. "Dan tahukah kamu apa Lailatul Qadar itu?" [QS.al-Qadar: 2]. Keutamaan Lailatul Qadar itu besar sehingga orang-orang beriman berlomba-lomba untuk mendapatkannya. “Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan“. [QS.al-Qadar: 3]. Maksudnya beribadah pada malam itu dengan ketaatan, shalat, membaca al-Quran, dzikir dan do’a, sama dengan ibadah selam seribu bulan, seribu bulan sama dengan 83 tahun 4 bulan. Subhanallah….

Allah menurunkan al-Qur’an pada bulan Ramadhan tentu ada hikmahnya. Manusia yang beriman pada bulan itu menyibukan diri dengan beraneka ragam amal kebaikan. “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya di turunkan al-Qur’an“. [QS. Al-Baqarah: 185].

Menurut Ibnu Abbas: Allah menurunkan al-Qur’anul Karim keseluruhannya sekaligus dari Lauh Mahfudh ke Baitul Izzah {langit pertama} pada malam Lailatul Qadar. Kemudian di turunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah sesuai dengan konteks berbagai peristiwa selama 32 tahun. “Sungguh, Ramadhan adalah bulan yang di wajibkan Allah puasanya, dan kusunahkan shalat malamnya, maka barangsiapa menjalankan puasa dan shalat malam pada bulan itu karena iman dan mengharap pahala, niscaya bebas dari dosa-dosa seperti saat seperti dilahirkan ibunya”. [HR.Nasa’i].

Raihlah kemenangan pada bulan Ramadhan, jadikan puasanya sebagai madrasah rohaniyah. Perbanyaklah istighfar pada bulan mulia ini. “Barangsiapa yang senantiasa beristighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesempitannya jalan keluar, dan akan di berinya rezeki dari arah yang tidak di sangka-sangka“.[HR.Abu Daud]

Imam Al-Auza’i di tanya: “Bagaimana caranya beristighfar? Beliau menjawab: “Hendaklah mengatakan: “Astaghfirullah…Astaghfirullah…” Aku memohon ampun kepada Allah. Secara filosofis puasa bisa menjadikan diri kita berdamai dengan hati nurani, serta bisa menjadi berekah bagi orang lain. Puasa merupakan manajemen diri untuk mencapai kecerdasan hati yang senantisa siap menerima hidayah dari Allah.

Puasa Dimensi Teologis 

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” [QS.al-Baqarah: 183]

Puasa diwajibkan hanya pada bulan Ramadhan, karena pada bulan Ramadhan segala dosa terbalas habis oleh amalan orang yang berpuasa yang berlipat ganda. Yang melaksanakan ibadah puasa hanyalah orang yang beriman, karena orang yang beriman akan tenang serta jujur dalam melaksanakannya. Istilah iman memliki akar kata yang sama dengan al-amn {rasa aman} dan al-amanah {dapat dipercaya}. Jadi orang yang beriman di beri amanah untuk menjalankan ibadah puasa agar supaya dirinya merasa tenang dan hatinya tenteram. Beriman dalam menjalankan puasa mengandung arti sikap mempercayai Allah atau menaruh percaya kepada-Nya dengan sikap batin yang kuat tanpa di sertai keraguan sedikit pun sehingga darinya timbul rasa aman ,tenteram dan berserah diri kepada-Nya {tawakkal}.

Puasa di ibaratkan sebagai kebersihan atau pemeliharaan, karena tujuan puasa adalah ketakwaan. Makna takwa membersihkan jiwa dari segala penyakit hati seperti syirik, menyekutukan Allah, kibr sombong dan takabur, bakhil pelit tidak ada rasa kepedulian sosial, hasad iri dengki terhadap sesama. Dalam hadits Qudsi Allah berfirman: “Setiap amal yang di lakukan oleh anak Adam adalah untuknya,dan satu kebaikan di balas sepuluh kali lipat bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman: “Kecuali puasa, itu untu-Ku, Aku yang langung membalasnya, ia telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya, karena-Ku“. Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu ketika berbuka puasa, dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum daripada aroma kasturi“. [HR. Bukhari-Muslim]

Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seorang yang berpuasa ketika ia berbuka mempunyai do’a yang tidak akan di tolak”. [HR. Ibnu Majah], dalam hadits yang lain di sebutkan: “Ada tiga do’a yang di kabulakan, do’a orang yang puasa, do’a orang yang di dzalimi, dan do’a orang yang berpergian.“ [HR. Baihaqi dan yang lainnya.

Puasa adalah madrasah rohaniyah untuk melatih dan membiasakan jiwa belaku sabar. Jabir bin Abdillah berkata: “Hendaknya puasa pendengaranmu, penglihatanmu, dan lisanmu, dari dusta dan dosa-dosa. Tinggalkan menyakiti tetangga dan hendaknya kamu senantiasa bersikap tenang pada hari kamu berpuasa, dan jangan jadikan hari berbukamu sama dengan hari puasa”.

Puasa perlu mempersiapkan fisik agar senantiasa stabil ketika melaksanakan ibadah puasa. “Makan sahurlah kalian, sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat barakah” [ HR. Bukhari-Muslim ]. Barakah dalam arti selalu bertambah kebaikan dan mendapatkan penjagaan diri dari perbuatan tercela selama melakanakan puasa.

Dalam hadits Ibnu Khuzaimah di sebutkan: “Bantulah kekuatan fisikmu untuk berpuasa di siang hari dengan makan sahur, dan untuk shalat malam dengan tidur siang”.Dan dalam hadits yang lain di sebutkan: “Manusia senantiasa ada dalam kebaikan, selama mereka menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur“ [HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi]

Zaid bin Tsabit berkata: “ Kami bersahur bersama Rasulullah kemudian bangun untuk shalat subuh. Ketika di Tanya: “ Berapa lama di antara sahur hingga shalat subuh? Jawabnya: “ Sekedar sekira orang membaca 50 ayat. “ [ HR. Bukhari-Muslim ] ya’ni kira-kira 10 menit sebelum shalat subuh. Puasa yang di lakukan dengan benar bisa mempersempit jalan aliran darah yang merupakan jalan setan dalam diri anak Adam. Karena setan masuk kepada anak Adam melalui jalan aliran darah, dengan berpuasa maka dia aman dari ganguan setan. Kekuatan nafsu syahwat dan marah menjadi lumpuh. Seorang sahabat yang bernama Umamah berkata kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah, tunjukanlah perbuatan yang dapat memasukan aku kedalam surga?. Maka beliau bersabda: “Hendaklah kamu berpuasa tidak ada yang sebanding dengannya”. [HR.Nasa’i, Ibnu Hiban, Hakim]

“Puasa dan al-Qur’an akan menjadi syafaat bagi seorang hamba pada hari kiamat, puasa akan berkata: “Ya Rabb, dia telah meninggalkan makan dan syahwat, jadikanlah aku syafaat baginya. Sedangkan al-Qur’an akan berkata: “Ya Rabb, dia telah meninggalkan tidur pada waktu malam, jadikanlah aku syafaat baginya. Beliau bersabda: “Lalu keduanya dapat memberi syafaat”. [HR. Ahmad-Hakim]

Puasa Dimensi Psikologis

Mempersiapkan psikis dengan banyak bedzikir. Dalam hati ada kebutuhan dan kekurangan yang tidak dapat terpenuhi kecuali dengan dzikr, dan ada sifat keras yang tidak dapat di luluhkan dan di lembutkan kecuali dengan berdzikir kepada Allah.

Sebaik-baiknya orang yang berpuasa adalah mereka yang berdzikir kepada Allah saat berpuasa. Syeikul Islam berkata: “Dzikir bagi hati seperti air bagi ikan, bagaimana keadaan ikan jika di pisahkan dari air?”. Puasa bisa menenangkan batin dan menjernihkan fikiran. “Ingatlah dengan dzikir kepada Allah hati akan tenag”. [ QS.Ar-rad:28 ]

Hati yang bening akan tanpak dalam sikap dan kemauan, jelas tujuan hidupnya selalu bersikap hati-hati dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Kalau hati tidak di kendalikan akan berdampak terhadap pribadi yang labil mudah menyerah, pesimis dalam menghadapi hidup ini. Melalui puasa hati yang keras akan menjadi luluh, yang kotor akan menjadi bening. Rasulullah memberikan perumpamaan terhadap hati. “Sesungguhnya hati {qalb} dinamakan hati karena sifatnya yang suka berbolak balik {taqallub}, sesungguhnya perumpamaan hati bagaikan sehelai dedaunan di pohon yang di bolak balikan oleh angin”. [HR. Ahmad]

Ibrahim Al-Khawwash Rahimahullah berkata: “Obat hati itu ada lima macam: Membaca al-Qur’an dengan penuh penghayatan, mengosongkan perut (berpuasa), melakukan shalat malam (tahajud), merendahkan diri kepada Allah menjelang fajar dan bergaul dengan orang-orang saleh”.

Puasa itu merupakan pengontrol nafsu syahwat. Kalau kita padai mengontrol nafsu syahwat, maka akan di rasakan manfaat puasa secara kejiwaan, yaitu membiasakan kesabaran, menguatkan kemauan, mengajari dan membantu bagaimana menguasai diri, serta mewujudkan dan membentuk ketakwaan yang kokoh dalam diri.

Amal kebaikan yang dilakukan pada bulan Ramadhan merupakan obat untuk menjadikan hati kita cerdas, sehingga siap menerima cahaya Allah. Dalam kehidupan yang mendalam kita dapat mengunakan kesadaran diri kita yang mendalam untuk mengkaji kebutuhan-kebutuhan suara hati nurani, kita dapat mengkaji paradigma-paradigma kita, serta menelaah motif-motif kita, salah satu manfaat yang paling kuat dari kesadaran diri ini untuk menjadi sadar akan hati nurani kita, dan bagaimana hati nurani itu beroperasi dalam diri kita secara optimal.Ketidakstabilan emosional merupakan pengaruh dari kejahatan yang di lakukan oleh diri kita, sedangkan kecerdasan hati nurani merupakan pengaruh dari kebaikan yang kita lakukan secara kontinuitas. Wabishah bin Ma’bad Berkata: “Saya mendatangi Rasulullah, kemudian beliau bertanya: Kamu datang untuk bertanya tentang kebaikan? Saya menjawab: “Ya”. Rasulullah berkata: “Minta fatwalah kepada hati nuranimu”. Karena kebaikan akan menenangkan jiwa, dan menenteramkan hati” [HR.Ahmad-Darimi]

William Ellery Channing mengatakan: “Setiap manusia memiliki pekerjaan yang harus di lakukan, kewajiban yang harus di penuhi, pengaruh yang mesti di berikan, yang khas bagi masing-masing dan hanya dapat di ajarkan oleh hati nurani sendiri”.

Pendidikan hati nurani merupakan pelengkap yang amat penting bagi pendidikan akal budi. Mendidik hati merupakan proses mengembangkan kebijaksanaan batin. Sebagaimana yang di katakana oleh fakar pendidikan Amerika John Slon Dickey: “Tujuan akhir pendidikan untuk melihat orang-orang menjadi utuh, baik dalam kompetensi maupun dalam hati nurani mereka, karena menciptakan kekuatan kompetensi tanpa menciptakan arah yang benar untuk mengarahkan pemanfaatan kekuatan itu merupakan pendidikan yang buruk, lagi pula kompetensi pada akhirnya akan berpisah dari hati nurani”.

Puasa memberi solusi mendidik hati nurani menjadi cerdas, tapi tentunya puasa yang di lakukannya itu harus benar-benar optimal dalam menjaga amalan hati. Karena tidak sedikit orang yng melakukan puasa tapi tidak menjaga hatinya, sehingga puasa yang di lakukannya itu tidak ada bekas dalam dirinya. “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum”.[HR.Bukhari,Ahmad dan yang lainnya]Sedangkan dalam hadits yang lain di sebutkan: “Betapa banyak orang yang berpuasa bagian dari puasanya hanya lapar dan dahaga”. [HR. Ahman hadits hasan shahih]

Puasa Dimensi Sosiologis

Puasa mengajarkan kita untuk sabar, ramah dan empati terhadap sesama. Puasa tidak membedakan antara si kaya dengan si miskin dalam melaksanakannya. Dengan berpuasa seseorang akan meningkat kepedulian sosialnya. “Siapa yang memberikan makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala puasa seperti orang itu, tanpa mengurani pahala orang yang puasa tersebut”. [HR. Ahmad-Tirmidzi dan di shahihkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Hiban].

Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah, Zoon Foliticon. Makhluk yang bermasyarakat, bersosialisasi, berinteraksi sosial. Dalam bersosialisasi manusia akan selalu berinteraksi dengan manusia. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktifitas-aktifitas sosial. Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis, yang menghubungkan antara orang perorang, antara kolompok-kolompok manusia maupun perorangan dengan kolompok manusia. Dalam berinteraksi dengan manusia puasa memberikan bimbingan agar selalu mengutamakan integritas moral dalam perkataan dan perbuatan. “Siapa yang tidak meninggalkan perkatan dusta dan perbuatan buruk maka tidak ada bagi Allah Ta’ala nilainya dia meninggalkan makan dan minumnya”. [HR. Bukhari].

Dalam hadits lain di jelaskan: “Puasa bukan hanya menahan makan dan minum saja, akan tetapi puasa juga menahan dari perbuatan sia-sia dan perkataan kotor, maka jika ada yang mencercamu dan berbuat jahat kepadamu katakanlah: “Sesungguhnya saya sedang puasa, sesungguhnya saya sedang puasa”.[HR.Ibnu Khuzaimah-Hakim].

Orang yang berpuasa akan selalu menghindari perbuatan yang munkar karena ia sadar kalau melakukan perbuatan keji dan munkar maka puasanya akan sia-sia. “Kamu adalah umat yang terbaik yang di lahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang baik {amar ma’ruf}, dan mencegah dari perbuatan jahat, {nahi munkar}, dan beriman kepada Allah”. [QS.Ali-Imran:110]

Dalam bahasa modern amar ma’ruf dapat di pahami sebagai humanisasi, yaitu program pemberdayaan dan peningkatan kwalitas Sumber Daya Manusia. Nahi munkar di pahami sebagai liberasi, yaitu ikhtiar membebaskan umat dari kedzaliman dan berbagai pelanggaran moral. Sementara iman, bermakna transendensi, yaitu seruan agar manusia tidak melupakan komitmen dan perjanjian primordialnya dengan Allah. Puasa Ramadhan sebagai tarbiyah imaniyah, yang dapat menghidupkan hati dengan perasaan khauf {takut}, raja’ {berharap}, dan mahabbah {cinta} yang dapat menyingkirkan hati akibat jauh dari nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah.

Puasa secara sosial adalah membiasakan umat berlaku disiplin, bersatu, cinta keadilan, dan persamaan, serta melahirkan perasaan kasih yang dalam jiwa orang-orang yang beriman dan mendorong mereka berbuat kebaikan. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya di surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luarnya dapat di lihat dari dalam, dan bagian dalamnya dapat di lihat dari luar, sahabat bertanya: “Untuk siapakah ruangan itu ya Rasulullah? Jawab beliau: “Untuk siapa saja yang berkata baik, memberi makan, selalu berpuasa, dan shalat malam ketika orang-orang dalam keadaan tidur”.[HR. Ahmad,Ibnu Hiban dan Baihaqi]

Puasa Dimensi Medis

Sebagian orang salaf berkata: “Allah mengklasifikasikan seluruh ilmu kedokteran hanya dalam setengah ayat”. Kemudian membacakan ayat: “Makan dan minmlah dan janganlah berbuat israf {berlebih-lebihan}, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berbuat israf”. [al-A’raf: 31].

Rasulullah bersabda: “Tiada tepat yang lebih buruk yang di penuhi anak Adam dari perutnya, cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat menopang tulang punggungnya {penyambung hidupnya}, jika hal itu tidak bisa di hindari maka masing-masing sepertiga bagian untuk makannya, minumnya, dan nafasnya”.[HR. Ahmad, Nas’I, Ibnu Majah, Tirmidzi beliau berkata hadits ini hasan].

Hadits ini dasar utama bagi ilmu kedokteran. Malik bin Dinar berkata: “Tidak pantas bagi seorang mukmin menjadikan perutnya sebagian tujuan utama, dan nafsu syahwatnya mengendalikan dirinya”. Sufyan Ats-Tsauri berkata: “Jika Anda menghendaki badan yang sehat dan tidur sedikit, maka makanlah sedikit saja”.

Imam Al-Qasthalani Rahimahullah mengatakan: “Puasa itu mempunyai nilai-nilaii yang tinggi. Diantara, dapat menjadikan hati kita lembut dan air mata gampang mengalir. Itulah yang dapat mendatangkan kebaikan, sesungguhnya kekenyangan itu akan menghilangkan cahaya kebajikan, dan menjadikan kerasnya hati serta mendorong untuk berbuat yang haram”.

Amru bin Qais mengatakan: “Jauhilah kekenyangan, sebab hal itu menyebabkan kerasnya hati”. Harits bin Kaldah seorang dokter terkenal dari Arab mengatakan: “Menjaga makan adalah obat dari penyakit, sedangkan perut adalah sumber penyakit”. Dzun Nun Al-Misry mengatakan: “Buatlah lapar di siang hari dan dirikan ibadah di ujung malam, niscaya Anda akan melihat keajaiban dari yang Maha Merajai dan Maha Perkasa”. Yahya bin Muadz berkata: “Barangsiapa kekenyangan, maka dia akan malas untuk bangun malam”. Dampak berlebih-lebihan dalam makan dan minum adalah banyak tidur dan malas melaksanakan shalat tarawih dan membaca al-Qur’an. “Makan, minum,berpakaian, dan bersedekahlah tanpa di sertai berlebih-lebihan dan kesombongan”. [HR.Abu Daud-Ahmad].

Puasa yang di lakukan umat islam pada bulan Ramadhan, oleh sebagian ahli dan dokter Barat kini di anggap sebagai “metode biologis efektif”. Untuk mempersehat diri, Otto Buchinger, Sr, MD, ahli terapi puasa dari Jerman mengatakan puasa bagai mengoperasi tanpa pisau bedah, alasannya puasa merupakan cara penyembuhan diri tanpa obat-obatan, termasuk di situ upaya menyiram keluar ampas yang kotor, menyelaraskan mengarahkan kembali sistem kerja tubuh dan relaksasi. Menurut riset, pada saat puasa kesehatan fisik seseorang memang meningkat. Berpuasa akan membuat system metabolisme tubuh seimbang, membuat tubuh merasa ringan, energi meningkat, dan fikiran makin jernih. Detoksifikasi lewat puasa akan banyak memberi keuntungan bagi kita, daya tahan, kekebalan tubuh dan vitalitas biasanya meningkat.

Dr. Ralhp Cinque, pemilik sebuah klinik terapi alami di Amerika yang berpengalaman melakukan terapi puasa sejak tahun 1976 mengungkapkan, puasa memberikan beberapa ke untungan dari segi kesehatan: “Puasa meningkatkan detoksifikasi tubuh, saat tubuh menguraikan simpana lemak dalam tubuh, saat itu pula timbunan racun dalam tubuh di kurangi, puasa menormalkan tekanan darah tinggi tanpa bantuan obat-obatan, setelah puasa tekanan darah tinggi seseorang akan normal bila tetap mengikuti gaya hidup sehat, puasa mempermudah seseorang dalam menghentikan kebiasaan buruk atau ketergantungan pada obat, puasa membersihkan kulit dan memutihkan mati biasanya kulit dan mata terlihat lebih cerah saat seorang sedang berpuasa”. Manfaat puasa dari segi kesehatan, ia bisa memberesihkan usus-usus, memperbaiki kinerja pencernaan, membersihkan tubuh dari segala endapan makanan,mengurangi kegemukan dan kelebihan lemak di perut. Wallahu a’lam bisshawab.

makalah ini disusun sebagai tugas dari mata kuliah "Ushul Fiqh"
Continue Reading
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Cahaya diatas Cahaya - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger