Fuad Syarif Hidayatullah

Pages

Kalender


Latest Post

Cemburu itu Wajib!!

Selasa, 29 November 2016 | 0 komentar

Jangan jadi lelaki DAYUTS..

-----------
Allah Subhanahu wa Ta'ala kelak di hari kiamat tidak akan memandang para Dayuts, dan Dia juga mengharamkan surga bagi para Dayuts.

Seperti di riwayatkan oleh Imam Nasa'i, Imam Ahmad, dan Imam Baihaqi. Bahwa Rasullullah Shalllallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


ثَلَاثَةٌ لَا يَنْظُرُ اللهُ إِلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْعَاقُّ لِوَالِدَيْهِ، وَالْمَرْأَةُ الْمُتَرَجِّلَةُ، وَالدَّيُّوثُ

"Tiga golongan yang Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat, yaitu Orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, seorang wanita yang menyerupai laki-laki, dan Dayuts."

Apa itu Dayuts? Al-Muqri dalam Al-Mishbah Al-Munir, berkata :

"Dayuts adalah seorang suami yang tidak mempunyai rasa cemburu pada istrinya, sedangkan perbuatannya di sebut Diyatsah."

Pada zaman sekarang ini masih banyak para suami yang mendekati atau bahkan melakukan Diyatsah, yaitu tidak cemburu kepada istrinya, bahkan membiarkan istrinya melakukan kemaksiatan dalam kesehariannya. Lalu apa saja kemaksiatan-kemaksiatan itu?

Contohnya adalah seperti:

1. Membebaskan istri bergaul dengan laki-laki yang bukan mahramnya.

Seperti membonceng, naik mobil/motor dengan laki-laki lain. Membiarkan istri di candai, ngobrol dengan asyik, di ajak foto bareng dengan lelaki lain yang bukan mahramnya.

2. Membiarkan istrinya membuka aurat.

Tidak melarang istrinya memakai pakaian yang tidak sesuai syari'at, seperti membiarkan istrinya tidak memakai jilbab.

3. Mendiamkan perilaku istrinya yang memamerkan kecantikannya, dan mengunggahnya di media sosial atau internet.

Sekarang ini banyak di jumpai para istri foto-foto selfi yang tidak mengenakan jilbab atau walaupun memakai jilbab lalu memajang fotonya di berbagai media sosial, tanpa menyadari bahwa foto tersebut akan di lihat oleh banyak laki-laki. bahkan mungkin saja di download dan disimpan oleh lelaki lain. Apakah kita rela? Foto istri kita disimpan oleh lelaki lain?

------------
Jika kita tidak rela foto pasangan (istri/suami) kita disimpan oleh orang lain, maka jangan sampai kita juga meng-upload foto kita di media sosial, yang mungkin juga nanti ada orang lain yang men-download dan menyimpan foto kita.
Hanya istri/suami kita, dan orang-orang tertentu saja yang boleh menyimpan foto kita. Karena itu bukan untuk konsumsi publik.
------------

Pada zaman Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, para sahabat memegang teguh kesucian istrinya dari perbuatan keji dan maksiat. Seperti yang di riwayatkan Al-Mughirah, Sa'ad Ubaidah berkata:

"Seandainya aku melihat seorang laki-laki bersama istriku, niscaya aku akan memukulnya dengan pedang sebagai hukumannya."

Lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda


أَتَعْجَبُونَ مِنْ غَيْرَةِ سَعْدٍ لَأَنَا أَغْيَرُ مِنْهُ وَاللَّهُ أَغْيَرُ مِنِّي

"Apakah kalian takjub dengan kecemburuan Sa'ad? Sesungguhnya aku lebih cemburu darinya, dan Allah lebih cemburu dari padaku." (HR. Bukhari)

Untuk itu, mari saudara-saudaraku "calon" suami, cemburulah kita kepada "calon" istri kita dalam kebaikan dan sebelum Allah mengharamkan Surga-Nya kepada kita.

Semoga Allah memberi kita kekuatan iman agar terhindar dari perbuatan Diyatsah, dan menjadi pemimpin yang baik bagi keluarga kita sesuai dengan tuntunan Allah dan para Nabi serta Rasul-Nya. Amin Ya Rabbal 'alamin..




Pondok Pesantren Al-Muttaqin
Sampang, Gedangsari, Gunungkidul
Rabu Pagi, 30 November 2016
Continue Reading

Pemerintahan Kini

| 0 komentar


Kalo penguasa yang seperti ini, jelas ini lebih berbahaya, kriminalitas yang terorganisir dengan rapi.

Kayak yang dibilang sama salah satu dari anggota 11 Supernova satu ini, Kid Senco:

"dunia kriminal masih disebut bermoral daripada penguasa yang tamak dan menutup-nutupi kesalahan itu.." (Eustass Kid)

Jadi memang betul apa yang dibilang sahabat Ali bin Abi Thalib, bahwa:


الحق بلا نظام يغلبه الباطل بنظام

"kebenaran yang tidak teroganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir rapi" (Ali bin Abi Thalib)

Jadi, mari kita rapatkan barisan!!!

Continue Reading

Sahabat Dunia Akhirat

Rabu, 02 Maret 2016 | 0 komentar

Sahabat.. Telah kita pahami bersama bahwa tidak ada seorang manusia pun di muka bumi ini yang dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Kita sebagi manusia adalah MAKHLUK SOSIAL yang pasti membutuhkan lingkungan dan pergaulan. Di dalam pergaulan tersebut, tentu kita akan memiliki teman, baik itu di sekolah, di tempat kerja ataupun di lingkungan tempat tinggal kita. Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa teman merupakan elemen yang sangat penting dan sangat berpengaruh bagi kehidupan kita sebagai manusia.

Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, yang sempurna dan menyeluruh telah mengatur bagaimana adab di dalam pergaulan sehari-hari. Sebab betapa besar dampak yang akan menimpa seseorang akibat bergaul dengan teman-teman yang buruk, dan begitu pula sebaliknya, betapa besar manfaat yang dapat diambil oleh seseorang yang bergaul dengan teman yang baik.

Banyak di antara manusia yang terjerumus ke dalam lubang kemaksiatan dan kesesatan dikarenakan bergaul dengan teman-teman yang buruk, dan banyak pula di antara manusia yang mereka mendapatkan hidayah disebabkan bergaul dengan teman-teman yang baik.

Di dalam sebuah hadits Rasullullah saw menyebutkan tentang dua sisi peranan dan dampak seorang teman bagi kita:

مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيْسِ السُّوْءِ كَمَثَلِ حَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الكِيْرِ، فَحَامِلِ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيْكَ أَوْ تُبْتَاعَ مِنْهُ أَوْ تَجِدُ رَائِحَةً طَيِّبَةً وَنَافِخُ الكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رَائِحَةً خَبِيْثَةً.

“Perumpamaan seorang teman yang baik dengan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi tidak melewatkan kamu, baik engkau akan membelinya atau engkau tidak membelinya, engkau pasti akan mendapatkan baunya yang wangi, sementara pandai besi ia akan membakar bujumu atau engkau akan mendapatkan baunya yang tidak enak.” (Muttafaqun ‘Alaih)

Berdasarkan hadits tersebut dapat diambil faidah penting, bahwasanya bergaul dengan teman yang baik mempunyai dua kemungkinan, yaitu: Kita akan menjadi baik atau kita akan memperoleh kebaikan yang dilakukan teman kita.

Sedang bergaul dengan teman yang buruk juga mempunyai dua kemungkinan, yaitu: Kita akan menjadi buruk atau kita akan ikut memperoleh keburukan dari apa yang dilakukan teman kita tersebut.

Rasulullah saw telah menjadikan seorang teman sebagai barometer terhadap baik atau buruknya agama seseorang, oleh sebab itu Rasulullah saw memerintahkan kepada kita agar pandai-pandai dalam memilih dengan siapa kita berteman.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw pernah bersabda:


“Seseorang berada di atas agama temannya (kekasihnya), maka hendaknya seseorang di antara kamu melihat kepada siapa dia bergaul.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Hakim dengan Sanad yang saling menguatkan satu dengan yang lain).


Dan dalam sebuah SYAIR arab disebutkan:

عَنِ الْمَرْءِ لاَ تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ، فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْمُقَارِنِ يَقْتَدِيْ

”Jangan tanya tentang seseorang, tapi tanyalah tentang temannya, sebab orang pasti akan mengikuti kelakukan temannya.”

Demikianlah, karena memang fitrah manusia cenderung ingin selalu sama dan meniru tingkah laku dan keadaan teman seperagulannya.

CONTOH : Kalau seorang biasa berkumpul dengan seseorang yang hobinya bermaksiat, maka kurang lebih dia seperti itu juga. Begitu pula sebaliknya, kalau dia biasa berkumpul dengan orang yang rajin shalat berjamaah-kajian atau hal-hal yang bermanfaat, maka kurang lebih dia seperti itu.

Para Salafusshalih sering menyampaikan kaidah bahwa:

اَلْقُلُوْبُ ضَعِيْفَةٌ وَالشُّبَهُ خَطَّافَةٌ

“Hati itu lemah, sedang syubhat kencang menyambar.”

Sehingga pengaruh kejelekan akan lebih mudah mempengaruhi kita dikarenakan lemahnya hati kita.

Merupakan sikap yang diajarkan oleh Rasulullah saw adalah menjauhi para pengikut hawa nafsu (ahlul hawa’) dan orang-orang fasik yang ia terang-terangan dalam menampakkan kefasikannya, ini merupakan salah satu tindakan preventif (tindakan pencegahan) terhadap bahaya lingkungan pergaulan dan agar umat terhindar dari pengaruh kemaksiatan tersebut.

Anjuran Rasulullah dalam Berteman

Sahabat.. Mengenai teman ini, Rasulullah pernah memberi tau kepada para sahabatnya seperti apakan ciri teman yang baik.

Suatu hari Rasulullah saw ditanya oleh para sahabat, “Apakah ciri-ciri seorang manusia yang boleh dijadikan sebagai teman yang baik? 

Baginda saw menjawab (dengan maksud), “Dia adalah teman yang selalu membantu kita untuk ingat kepada Allah swt dan dia juga yang memberi menegur kita ketika kita salah dan lalai dalam mengingati-Nya”.

Sahabat bertanya lagi, “Bagaimana ciri-ciri sahabat yang tidak baik?”

Baginda saw membalas (dengan maksud), “Dia adalah teman yang bukan hanya tidak membantu kita untuk ingat dan patuh kepada Allah swt tapi dia juga tidak menegur ketika kita melakukan sebuah khilaf, dosa dan maksiat.”

Teman Yang Suka Menasehati Dalam Kebaikan

Teman yang baik tentu tidak senang jika kawannya sendiri terjatuh dalam perbuatan dosa. Jika kita memiliki teman, tetapi tidak pernah menegur dan tidak memperdulikan diri kita ketika melakukan kesalahan, maka perlu dipertanyakan landasan persahabatan yang mengikat mereka berdua.

Sahabat.... Salah satu ciri orang yang tidak merugi sebagaimana disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla pada Surat Al-'Ashr, adalah mereka yang saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

Rasulullah SAW juga bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sampai dia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.”

Maka seharusnya, kepada teman kita harus saling peduli dan saling menasihati ketika berbuat salah.

Karena seorang teman akan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan kita, maka janganlah teman kita tersebut menyebabkan kita menyesal pada hari kiamat nanti dikarenakan pengaruhnya tersebut sehingga kita tergelincir dari jalan yang benar, dan terjerumus ke dalam kemaksiatan.

Sahabat.. Renungkanlah baik-baik firman Allah berikut ini:

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

"Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa." (QS Az-Zukhruf : 67)

Imam Syafi’i berkata :

"Jika engkau punya teman-teman yang selalu membantumu dalam rangka ketaatan kepada Allah, maka peganglah erat-erat dia, jangan pernah kau lepaskannya. Karna mencari teman baik itu susah, tetapi melepaskannya sangat mudah sekali."

Semoga Allah selalu memberikan taufik kepada kita dan menyelamatkan kita dari kejelekan lingkungan dan pergaulan serta menganugerahkan kepada kita lingkungan dan pergaulan yang mendorong kita untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Amin ya Rabbal ‘alamin...


Pondok Pesantren Al-Muttaqin
Rabu Malam, 02 Maret 2016
Continue Reading

Kekasih Gelapku

Sabtu, 31 Januari 2015 | 0 komentar

Kumencintaimu lebih dari apapun
Meskipun tiada satu orang pun yang tau
Kumencintaimu sedalam-dalam hatiku
Meskipun engkau hanya “kekasih gelapku”
(By: Ungu)

Ups, bukan “kekasih gelap” itu maksudnya.. hehehe

Jodoh memang rahasia Allah SWT, makanya aku bilang dia kini adalah “kekasih gelap” karena  kita belum tau siapa yang akan menjadi pendamping kita untuk menemani sisa hidup kita di dunia ini bahkan sampai akhirat nanti. Banyak orang tua yang mengatakan “jangan sampai salah memilih jodoh, jodoh itu akan menentukan seperti apa kehidupan kita nantinya”. Kalo dipikir-dipikir bener juga yaa apa yang dikatakan orang tua kita. Mungkin diantara kita punya banyak cerita mengenai misteri jodoh. Ada yang sudah dekat bertahun-bertahun, eh tapi malahan menikahnya dengan orang lain. Ada yang sudah sangat yakin bahwa dialah orang terakhir dalam hidup kita, eh ternyata tidak direstui oleh orang tua. Ada yang baru saja berkenalan, tanpa membuang waktu lama langsung siap menikah. Bahkan ada yang sudah bertunangan dan berencana menikah, namun karena suatu hal dan lainnya akhirnya kandas dan ternyata menikah dengan orang yang berbeda.

Emm.. Jadi inget perkatan Ran Mouri dalam serial Detective Conan, dia pernah mengatakan “aku sudah menunggunya selama 10 tahun, jadi tidak masalah bagiku jika aku harus menunggu Shinichi 10 tahun berikutnya”. Yahh.. Mungkin inilah misteri jodoh.

Namun, bukan berarti jodoh itu rahasia Allah lantas kita hanya tidur-tiduran atau ongkang-ongkang kaki menunggu jodoh kita datang dari langit. Rasanya tidak ada cerita yang seperti itu. Mustahil.. Manusia diperintahkan untuk berusaha sebaik mungkin, untuk terus mencari dan menemukan yang terbaik. Apa iya jodoh akan datang dengan sendirinya? Dengan berdo’a seharian langsung datang, gitu? Bagi saya jodoh itu layaknya seperti rezeki harus dicari, ditemukan, dikejar, diperjuangkan, dan sesudah itu dijaga. Ingat kata terakhir: sesudah itu dijaga. Nah berarti, kalau ada pasangan yang berpisah, berarti bukan jodohnya. Karena masing-masing tidak menjaga jodohnya sampai maut memisahkan. Ada banyak orang yang mengatakan, “yah nanti juga ketemu lah sama jodoh kita kalo emang sudah waktunya bertemu”. Iya memang tidak ada salahnya juga berpandangan seperti itu. Tapi yang salah adalah ketika orang yang mengatakannya hanya berhenti sampe di situ aja, tanpa ada tindak lanjutnya..

Karena, bagiku tidak sesederhana itu. Segala sesuatunya itu harus dipersiapkan. Kita mau makan saja harus menyiapkan sendok, piring, dan garpu. Apalagi menikah, suatu hal yang sangat esensial untuk kehidupan kita kedepannya. Jadi sebagai tindak lanjut dari perkataan itu tadi adalah seharusnya kita mempersiapkan diri dari sekarang untuk menjadi pribadi yang siap bertemu dengan jodohnya. Jodoh yang selama ini kita idam-idamkan dan kita minta kepada Maha Pencipta. Terus muncul pertanyaan “bentuk kesiapannya itu seperti apa?” Iya bersiap-siap lah untuk memantaskan diri ini untuk siap bertemu dengan jodoh yang kita selalu minta kepada Allah SWT. Nah kan pasti kita kalo minta jodoh, yang sempurna tuh. Minta jodoh yang luar biasa lah pokoknya. Jodoh yang bener-bener sesuai keinginan lah. Misalnya bagi seorang pria, hampir sebagaian besar pria di dunia ini pasti menginginkan seorang wanita yang bisa menjaga diri, seiya sekata dan seperbuatan, dan yang paling penting memiliki iman dan taqwa yang baik, juga shalihah. Tapi yang ga malu-maluin juga sih kalo dibawa kantor, hehehe

Nah, kalo kita mengingingkan wanita yang seperti itu maka pantaskanlah diri kita untuk bisa menjadi pendamping wanita yang seperti itu. Bersiaplah untuk dipilih menjadi pendamping wanita yang seperti itu. Ingat rumus yang dulu: “segala sesuatu yang baik akan bertemu dengan yang baik pula”.

Terus caranya seperti apa? Kita akan menemukan jodoh kita seperti apa adanya pribadi kita. Kualitas pribadi kita akan sangat menentukan jodoh kita nantinya. Untuk itu teruslah berusaha memperbaiki kualitas diri kita tanpa henti dan tanpa lelah. Keyakinan itu lah yang perlu kita tanamkan pada diri kita. Dalam bahasa firman-Nya:

“Wanita yang baik, untuk laki-laki yang baik, begitu juga sebaliknya laki-laki yang baik untuk wanita yang baik” (QS: An-nur:26)

Bila sudah tau akan hal ini untuk apa kita ragu lagi, bila memang belum bertemu dengan jodoh kita, persiapkanlah diri ini untuk selalu menjadi pribadi yang baik. Nah untuk itu marilah bertanya pada diri kita masing-masing, apakah ia kita selama ini sudah menjadi laki-laki atau wanita yang baik? Yang tau hanya diri kita. Bila kita sudah merasa baik, disitulah titik bahwa kita ternyata belum baik. Karena tidak pernah ada manusia yang pernah merasa sudah baik. Manusia adalah tempatnya salah dan khilaf. Karena memperbaiki kualitas diri adalah suatu proses yang tidak pernah usai. Untuk itu selalu pantaskanlah diri ini untuk siap bertemu dengan jodoh yang selama ini idam-idamkan.

Jadi pada intinya, jodoh kita itu akan linear seperti apa diri kita. Artinya jodoh kita itu layaknya cermin bagi pribadi kita. Dimana saat kita bercermin yang tampak adalah apa adanya kita, bukan orang lain. Cermin itu bersih dan cermin itu tidak akan pernah keliru menampilkan yang bukan ditampakkan. Begitu juga dengan kita bila kita sudah berusaha menjadi baik, pasti akan dipertemukan dengan yang baik pula. Maha Pencipta pun seperti itu, tidak akan pernah keliru menyiapkan jodoh yang terbaik untuk kita selama kita berusaha untuk menjadi pribadi yang baik dan terus meminta yang terbaik. Oleh karena itu, ketika orang yang kita nantikan itu kini belum hadir bersama kita, juteru inilah kesmpatan yang Allah berikan kepada kita untuk terus memperbaiki diri dan mempersiapkannya. Jangan khawatir!! Kita akan menemukannya seperti apa adanya kita. Kualitas pribadi kita akan sangat menentukan masa depan kita nantinya. Wallahu a'lam


UNIRES Yogyakarta
Ahad, 01 Februari 2015
Continue Reading

Proposal Nikah.. Ups!!!

Kamis, 22 Januari 2015 | 2komentar

Latar Belakang

Ibunda dan Ayahandaku tersayang, semoga Allah selalu memberkahi langkah-langkah kita dan tidak putus-putus memberikan nikmat-Nya kepada kita.

Ibunda dan Ayahanda sebagai hamba Allah, anakmu ini telah diberi berbagai nikmat. Diantaranya adalah fitrah kebutuhan biologis, saling membutuhkan terhadap lawan jenis. Fitrah merupakan pemberian Allah yang telah melekat secara inheren dengan kehidupan manusia itu sendiri. Hanyalah kehancuran yang didapatkan jika manusia melanggar fitrah pemberian Allah itu. Sungguh, kebutuhan ini wajar bagi manusia normal, selain untuk kebahagiaan manusia itu sendiri.

Ibunda dan Ayahandaku, melihat kehidupan remaja dewasa itu sungguh amat memprihatinkan. Mereka seolah tanpa sadar melakukan perbuatan-perbuatan maksiat kepada Allah. Seolah-olah, dikepala mereka yang ada hanya pikiran-pikiran yang mengarah kepada kebahagiaan semu dan sesaat. Belum lagi kalau ditanyakan kepada mereka tentang menikah. "Saya nggak sempat mikirin kawin, sibuk sih, lagian saya masih ngumpulin barang dulu," begitu kata sebagian dari mereka. Padahal, kurang apa sih mereka. Wallahua'lam, mudah-mudahan saja mereka bisa bertahan untuk tidak berbuat maksiat.

Ibunda dan Ayahandaku tersayang, bercerita tentang pergaulan remaja umumnya, rasanya tidak cukup tinta ini untuk ditorehkan. Setiap saya menulis peristiwa remaja, pada saat yang sama, terjadi pula peristiwa baru yang menuntut perhatian kita.

Ibunda dan Ayahanda, inilah antara lain yang melatarbelakangi anakmu ini untuk segera menikah.

Dasar Pemikiran

"Dan nikahkanlah orang-orang bujangan di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mengkayakan mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui." (QS. An-Nur: 32)

"Dan segala sesuatu kami jadikan berjodoh-jodohan, agar sekalian kamu berpikir." (QS. Adz-Dzariyat: 49)

Jika ada manusia belum hidup bersama pasangannya, berarti hidupnya akan timpang dan tidak berjalan sesuai dengan ketetapan Allah SWT.

Dan orang yang menikah berarti melengkapi agamanya, sabda Rasulullah SAW :
"Barangsiapa diberi Allah seorang istri yang sholihah, sesungguhnya telah ditolong separuh agamanya. Dan hendaklah bertaqwa kepada Allah separuh lainnya." (Al-Hadits)

Anjuran-anjuran Rasulullah untuk Menikah

Rasulullah SAW bersabda:
"Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku!" (Al-Hadits)

"Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah :
a. Pejuang di jalan Allah.
b. Budak yang menebus dirinya dari tuannya.
c. Pemuda yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram."
(Al-Hadits)

"Hai golongan pemuda! Bila di antara kamu ada yang mampu menikah hendaklah ia nikah, karena nanti mata akan lebih terjaga dan kemaluan akan lebih terpelihara." (Al-Hadits)

Tujuan Pernikahan:
1.Melaksanakan perintah Allah dan Sunnah Rasul.
2.Melanjutkan generasi muslim sebagai pengemban risalah Islam.
3.Mendapatkan cinta dan kasih sayang.
4.Agar kaya (sebaik-baik kekayaan adalah isteri yang shalihat).

Kesiapan Pribadi:
1.Kondisi Qalb yang sudah mantap (setelah istikharah).
2.Termasuk wajib nikah (sulit untuk shaum).
3.Secara materi, siap (InsyaAllah)

Akibat-akibat Menunda atau Mempersulit Pernikahan:
1.Kerusakan dan kehancuran moral akibat pacaran dan free-sex.
2.Tertunda lahirnya generasi penerus risalah Islam.
3.Tidak tenangnya Ruhani dan perasaan, karena Allah baru memberi ketenangan dan kasih sayang bagi orang yang menikah.
4.Menanggung dosa di akhirat kelak, karena tidak dikerjakannya kewajiban menikah saat syarat yang Allah dan Rasul-Nya tetapkan terpenuhi.

Namun, umumnya yang terjadi di masyarakat di seputar pernikahan adalah sebagai berikut ini:
• Status yang mulia bukan lagi yang taqwa, melainkan gelar yang disandang : Ir, DR, SE, SH, dsb.
• Pesta pernikahan mestilah yang wah.., karena merupakan prestise tersendiri, bukan diselenggarakan dengan penuh ketawadhu’an sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
• Pernikahan dianggap penghalang untuk menyenangkan orang tua.
• Pernikahan hendaklah dilandasi semata-mata hanya mencari ridha Allah dan Rasul-Nya. Bukan dicampuri dengan harapan ridha dari manusia (sanjungan, tidak enak, apa kata orang).
• Yakinlah!! Bila Allah ridha terhadap apa yang kita kerjakan, maka kita akan selamat di dunia dan di akhirat kelak.

Memperbaiki Niat

Innamal a'malu binniyat.. Niat adalah kebangkitan jiwa dan kecenderungan pada apa-apa yang muncul padanya berupa tujuan yang dituntut yang penting baginya, baik secara segera maupun ditangguhkan.

Niat Ketika Memilih Pendamping

Rasulullah bersabda: "Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya." (HR. Thabrani)

"Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina. Jangan kamu menikahi wanita karena harta/tahtanya mungkin saja harta/tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama". (HR. Ibnu Majah)

Nabi SAW bersabda: "Janganlah kalian menikahi kerabat dekat, sebab (akibatnya) dapat melahirkan anak yang lemah (baik akal dan fisiknya)." (Al-Hadits)

Dari Jabir r.a., Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda: "Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan kecantikannya; maka pilihlah yang beragama." (HR. Muslim dan Tirmidzi)

Niat dalam Proses Pernikahan

Masalah niat tak berhenti sampai memilih pendamping. Niat masih terus menyertai berbagai urusan yang berkenaan dengan terjadinya pernikahan. Mulai dari memberi mahar, menebar undangan walimah, menyelenggarakan walimah. Walimah lebih dari dua hari lebih dekat pada mudharat, sedang walimah hari ketiga termasuk riya'. "Berikanlah mahar (mas kawin) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan." (QS. An Nisaa: 4)

Rasulullah SAW bersabda: "Wanita yang paling agung barakahnya, adalah yang paling ringan maharnya" (HR. Ahmad, Al-Hakim, Al-Baihaqi dengan sanad yang shahih)

Dari Aisyah, bahwasanya Rasulullah SAW. telah bersabda, "Sesungguhnya berkah nikah yang besar ialah yang sederhana belanjanya (maharnya)" (HR. Ahmad)

Proses pernikahan mempengaruhi niat. Proses pernikahan yang sederhana dan mudah insya Allah akan mendekatkan kepada bersihnya niat, memudahkan proses pernikahan bisa menjernihkan niat. Sedangkan mempersulit proses pernikahan akan mengkotori niat. "Adakanlah perayaan sekalipun hanya memotong seekor kambing." (HR. Bukhari dan Muslim)

Pernikahan haruslah memenuhi kriteria Lillah, Billah, dan Ilallah. Yang dimaksud Lillah, ialah niat nikah itu harus karena Allah. Proses dan caranya harus Billah, sesuai dengan ketentuan dari Allah.. Termasuk didalamnya dalam pemilihan calon, dan proses menuju jenjang pernikahan (bersih dari pacaran / nafsu atau tidak). Terakhir Ilallah, tujuannya dalam rangka menggapai keridhoan Allah.

Sehingga dalam penyelenggaraan nikah tidak bermaksiat pada Allah; misalnya: adanya pemisahan antara tamu lelaki dan wanita, tidak berlebih-lebihan, tidak makan sambil berdiri (adab makanan dimasyarakat biasanya standing party-ini yang harus di hindari, padahal tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang demikian), Pengantin tidak disandingkan, adab mendo'akan pengantin dengan do'a: Barokallahu laka wa baroka 'alaikum wa jama'a baynakuma fii khoir.. (Semoga Allah membarakahi kalian dan melimpahkan barakah kepada kalian), tidak bersalaman dengan lawan jenis).

Meraih Pernikahan Ruhani

Jika seseorang sudah dipenuhi dengan kecintaan dan kerinduan pada Allah, maka ia akan berusaha mencari seseorang yang sama dengannya. Secara psikologis, seseorang akan merasa tenang dan tentram jika berdampingan dengan orang yang sama dengannya, baik dalam perasaan, pandangan hidup dan lain sebagainya. Karena itu, berbahagialah seseorang yang dapat merasakan cinta Allah dari pasangan hidupnya, yakni orang yang dalam hatinya Allah hadir secara penuh. Mereka saling mencintai bukan atas nama diri mereka, melainkan atas nama Allah dan untuk Allah.

Betapa indahnya pertemuan dua insan yang saling mencintai dan merindukan Allah. Pernikahan mereka bukanlah semata-mata pertemuan dua insan yang berlainan jenis, melainkan pertemuan dua ruhani yang sedang meniti perjalanan menuju Allah, kekasih yang mereka cintai. Itulah yang dimaksud dengan pernikahan ruhani. KALO KITA BERKUALITAS DI SISI ALLAH, PASTI YANG AKAN DATANG JUGA SEORANG (JODOH UNTUK KITA) YANG BERKUALITAS PULA.

Penutup

"Hai orang-orang beriman!! Janganlah kamu mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah kepada kamu dan jangan kamu melampaui batas, karena Allah tidak suka kepada orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al Maidaah: 87)

"Karena sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Dan sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan" (QS. Ash-Sharh: 5-6)

Ibunda dan Ayahanda yang sangat saya hormati, saya sayangi dan saya cintai atas nama Allah.. demikanlah proposal ini (secara fitrah) saya tuliskan. Saya sangat berharap Ibunda dan Ayahanda.. memahami keinginan saya. Atas restu dan doa dari Ibunda serta Ayahanda..saya ucapkan "Jazakumullah Khairan katsiira..."

Ya Allah, jadikanlah aku ridho terhadap apa-apa yang Engkau tetapkan dan jadikan barokah apa-apa yang telah Engkau takdirkan, sehingga tidak ingin aku menyegerakan apa-apa yang engkau tunda dan menunda apa-apa yang Engkau segerakan..
Aamiin



Yogyakarta
Kamis, 22 Januari 2015
Continue Reading

Refleksi Akhir Tahun

Rabu, 31 Desember 2014 | 0 komentar

Suatu hari seorang motivator sedang memotivasi para mahasiswa pada sebuah acara di salah satu Universitas ternama di kota Yogyakarta. Dengan suara lantang ia mengatakan bahwa:

“kesuksesan adalah suatu hal yang pasti,, sukses adalah kepastian!!”,

para peserta pun terdiam.. lalu ia melanjutkan:

“jadi kesuksesan adalah hal yang pasti kita capai, namun kita juga harus bisa mencapai syarat untuk mendapatkannya..  seperti ketika kita mengambil sebuah pena lalu kita angkat pena itu, jika kita melepaskannya dari tangan kita maka pena itu pun pasti akan jatuh, mau berapapun kita coba pena itu pasti akan jatuh jika kita lepaskan dari tangan kita, kenapa? karena kita telah memenuhi syarat dan usaha agar pena itu jatuh, yaitu melepaskannya dari tangan kita.. begitu juga ketika kita ingin sukses, jika kita terus berusaha dan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan kesuksesan itu maka kita akan mendapatkannya,, namun banyak dari mereka yang hanya tinggal selangkah lagi untuk mencapai kesuksesan itu tapi mereka menyerah,, karena jalan hidup ini tidak selalunya lurus, kadang berkelok bahkan berduri, namun banyak orang yang menyerah untuk tidak melanjutkan perjalannya menuju kesukesan itu padahal hanya tinggal selangkah lagi di depan mereka..”

*****

Malam ini adalah malam terakhir kita di tahun 2014, tepat jam 00.00 nanti kita akan memasuki tahun baru 2015 yang semoga di tahun yang akan datang kita bisa meningkatan kualitas diri kita dan bisa meningkatkan kebaikan dalam diri kita semua.. semoga apa yang kita cita-citakan di tahun 2015 nanti bisa kita raih.

Namun yang tak kalah pentingnya juga kita perlu untuk introspeksi (muhasabah) diri kita selama tahun 2014 ini. Apa yang kurang dari diri kita? Apa yang perlu kita benahi dan perbaiki lagi? Apa yang perlu kita kembangkan lebih baik lagi di tahun 2015 nanti? Siapkah kita untuk menghadapi kejutan-kejutan besar dengan meraih impian kita di tahun 2015 nanti? Yang mau Wisuda, yang mau Nikah, atau yang rencana dapet Kerja.. siapkah kita dikejutkan dengan itu semua?

Coba kita renungkan sejenak, jika kita sekarang telah berumur 20 tahun (misal). Perubahan apa yang sudah nampak pada diri kita untuk menyambut masa depan kita yang lebih cerah? Dari kita SD, cita-cita apa yang ingin kita capai? Lalu SMP, apa impian kita? Kemudian SMA, kita ingin jadi seperti apa? Saat di bangku Kuliah,, jalan mana yang kita pilih? Sudahkah kita mendekati cita-cita yang dulu menjadi mimpi kita? Sudahkah impian kita kini mulai nampak lebih jelas atau lebih terang? Atau malah semakin buram untuk kita capai? Inilah yang perlu kita renungkan di akhir tahun 2014 ini sebelum kita memasuki tahun 2015 nanti.

“Barang siapa hari ini LEBIH BAIK dari hari kemarin, dialah orang yang BERUNTUNG, barang siapa yang hari ini SAMA DENGAN hari kemarin dialah orang yang MERUGI dan barang siapa yang hari ini LEBIH BURUK dari hari kemarin dialah orang yang CELAKA.” (HR. Hakim)

Intinya adalah, gunakan waktu yang kita punya dengan hal-hal yang positif, yang bisa mengantarkan kita kepada kesuksesan baik di dunia dan akhirat kita kelak. Jangan kita penuhi aktifitas sehari-hari kita dengan hal-hal kurang bermanfaat atau bahkan yang akan merusak masa depan kita, karena kita adalah generasi muda yang mengemban tugas dan amanah yang besar dari agama dan bangsa kita. Jadikan moment akhir tahun ini sebagai sarana kita untuk bermuhasabah atau introspeksi diri kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Wallahu a’lam..



UNIRES - Yogyakarta
Rabu malam, 31 Desember 2014

Continue Reading

Cermin Diri Kita

Rabu, 24 Desember 2014 | 0 komentar

Siapa yang tak ingin memiliki istri shalihah? Atau suami yang shalih? Setiap orang  pasti punya keinginan untuk menyempurnakan separuh agamanya dengan mendapatkan seseorang yang baik.

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)...” (QS. An-Nur: 26)

Ayat tersebut diatas mungkin sering kali mendengarnya, tapi pernahkah kita merenungkannya?
Berawal dari ayat itulah artikel ini ditulis. Ayat tersebut seharusnya bisa menjadi sebuah Motifasi buat kita semua para pemuda-pemudi atau para remaja untuk selalu berusaha memperbaiki diri kita jika kita menginginkan di masa depan kita mendapatkan pendamping hidup yang baik, yang bisa menuntun kita ke dalam kehidupan yang baik di dunia dan akhirat,, karena pasangan kita adalah cerminan dari diri kita.

Pernahkan kita sedikit merenungkan sedang apa orang yang nantinya akan mendampingi hidup kita saat ini? Pernahkah kita berfikir mungkin “dia” -yang kita belum tau siapa orangnya- sedang melakukan apa yang kita kerjakan saat ini, hanya saja di sudut lain dunia.. yahh, mungkin saja “dia” sekarang sedang melakukan persis apa yang kita lakukan saat ini. Oleh karena itu coba kita introspeksi diri kita, apa yang kita lakukan saat ini? Atau apa yang sudah pernah kita lakukan dahulu? Sudah benarkah apa yang kita lakukan?

Jangan sampai kita melakukan hal-hal yang “keji(na’udzubillah), tapi kita tidak sadar bahwa “dia” juga saat ini sedang melakukan hal sama. Betapa hancurnya kita jika kita tau hal tersebut..

Oke, kalo misal ketika kita sudah menikah nanti kita akan meyakinkannya bahwa kita belum pernah melakukan hal-hal “keji” tersebut, tapi apakah kita bisa menjamin kalo “dia” juga tidak sedang menutupi masa lalunya yang suram di depan kita?? Coba renungkan..

Oleh karena itu, marilah kita selalu berusaha untuk terus dan terus memperbaiki diri kita jika kita juga ingin mendapatkan pendamping hidup yang baik, yang bisa selalu menjaga dirinya dan kehormatannya saat ini dan saat “dia” telah bersama kita nanti. Mari kita memohon ampun dan bertaubat kepada Allah dengan apa yang pernah kita lakukan sebelumnya, tentu dengan taubat yang sebenarnya.. semoga Allah menutup aib kita dan mengampuni dosa kita, kemudian Allah mempertemukan kita dengan orang yang baik. Aamiin..

Ketika kita ingin mendapatkan pendamping yang sesuai dengan apa yang kita idamkan, kita juga seharusnya bisa menempatkan diri kita sesuai dengan apa yang kita inginkan dari “dia”.. sebagai contoh adalah jika kita ingin mendapatkan seseorang yang shalihah atau shalih seharusnya kita juga bergaul dengan orang-orang seperti itu. Kita akan sangat sulit jika kita ingin seseorang yang pintar mengaji tapi kita cari di pasar, betul?

Intinya adalah lingkungan kita memiliki andil besar dalam mendapatkan pasangan kita.. ketika kita aktif di lingkungan masjid dengan orang-orang yang semangat mengikuti kajian-kajian, maka kita akan mendapatkan orang-orang seperti itu. Jika lingkungan kita adalah kampus maka kita akan mendapatkan orang kampus, jika kita aktif di sebuah organisasi maka kita juga akan mendapatkan di tempat itu, jika lingkungan kita pasar atau “aktifis” di caffe atau bar ya pasangan kita tidak jauh dari lingkungan seperti itu. Jadi, seperti apakah kita, maka itulah yang akan mendampingi kita..

Dia adalah cerminan diri kita, jangan rusak masa depan kita dengan apa yang kita lakukan saat ini.. jodoh itu di tangan Allah, salah jika orang mengatakan “menunggu”, karena kita yang harus menjemputnya dengan perilaku dan akhlak baik kita.


**********

Mengukir Cinta di Belahan Jiwa

Bila yang tertulis oleh-Nya engkau yang terpilih untukku,
Telah terbuka hati ini menyambut cintamu,,

Di sini segalanya akan kita malai mengukir buaian rindu yang tersimpan dulu,
Tuk menjadi nyata dalam hidup bersama..

Ijinkan aku tuk mencintaimu, menjadi belahan di dalam jiwaku,,
Ya Allah, jadikanlah ia pangantin sejati di dalam hidupku..

Wahai yang dicinta telah ku rela hadirmu temani relung hatiku,
Simpanlah jiwaku dalam do’amu, kan ku jaga cintamu,,

Wahai yang dicinta telah ku rela hadirmu temani relung hatiku,
Simpanlah nafasku dalam hidupmu, kan ku jaga setiamu..

“isteriku, ku tahu engkau bukanlah yang sempurna yang dihadirkan untukku, namun berikanlah aku kerelaan untuk menjadi kesempurnaan di dalam hidupmu untuk hari ini dan selamanya di dalam hidup kita,, karena aku ingin mencintaimu dengan imanku”

Apapun adanya dirimu, ku kan coba tuk tetap setia..
Begitu pula pada diriku, terimalah dengan apa adanya..

Selamat datang di separuh nafasku,,
Selamat datang di pertapaan hatiku...


UNIRES - Yogyakarta
Rabu Malam, 24 Desember 2014
Continue Reading

Adzan Terakhir Sahabat Bilal

Minggu, 14 Desember 2014 | 0 komentar

Semua pasti tahu, bahwa pada masa Nabi, setiap masuk waktu sholat, maka yang mengkumandankan adzan adalah Bilal bin Rabah. Bilal ditunjuk karena memiliki suara yang indah. Pria berkulit hitam asal Afrika itu mempunyai suara emas yang khas. Posisinya semasa Nabi tak tergantikan oleh siapapun, kecuali saat perang saja, atau saat keluar kota bersama Nabi. Karena beliau tak pernah berpisah dengan Nabi, kemanapun Nabi pergi. Hingga Nabi menemui Allah ta’ala pada awal 11 Hijrah.

Semenjak itulah Bilal menyatakan diri tidak akan mengumandangkan adzan lagi. Ketika Khalifah Abu Bakar Ra. memintanya untuk jadi mu’adzin kembali, dengan hati pilu nan sendu bilal berkata: “Biarkan aku jadi muadzin Nabi saja. Nabi telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi.” Abu Bakar terus mendesaknya, dan Bilal pun bertanya: “Dahulu, ketika engkau membebaskanku dari siksaan Umayyah bin Khalaf. Apakah engkau membebaskanmu karena dirimu apa karena Allah?.” Abu Bakar Ra. hanya terdiam. “Jika engkau membebaskanku karena dirimu, maka aku bersedia jadi muadzinmu. Tetapi jika engkau dulu membebaskanku karena Allah, maka biarkan aku dengan keputusanku.” Dan Abu Bakar Ra. pun tak bisa lagi mendesak Bilal Ra. untuk kembali mengumandangkan adzan.

Kesedihan sebab ditinggal wafat Nabi Saw., terus mengendap di hati Bilal Ra. Dan kesedihan itu yang mendorongnya meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan kemudian tinggal di Homs, Syria.

Lama Bilal Ra tak mengunjungi Madinah, sampai pada suatu malam, Nabi Saw hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya: “Ya Bilal, wa maa hadzal jafa’? Hai Bilal, kenapa engkau tak mengunjungiku? Kenapa sampai begini?.” Bilal pun bangun terperanjat, segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah pada Nabi. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Nabi….Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada Nabi Saw., pada sang kekasih.

Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucunda Nabi Saw., Hasan dan Husein. Sembari mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu Nabi Saw itu. Salah satu dari keduanya berkata kepada Bilal Ra.: “Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan buat kami? Kami ingin mengenang kakek kami.”

Ketika itu, Umar bin Khattab yang telah jadi Khalifah juga sedang melihat pemandangan mengharukan itu, dan beliau juga memohon Bilal untuk mengumandangkan adzan, meski sekali saja.Bilal pun memenuhi permintaan itu.

Saat waktu shalat tiba, dia naik pada tempat dahulu biasa dia adzan pada masa Nabi Saw masih hidup. Mulailah dia mengumandangkan adzan. Saat lafadz “Allahu Akbar” dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok nan agung, suara yang begitu dirindukan, itu telah kembali.

Ketika Bilal meneriakkan kata “Asyhadu an laa ilaha illallah”, seluruh isi kota madinah berlarian ke arah suara itu sembari berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun keluar.

Dan saat bilal mengumandangkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan. Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Nabi, Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya, lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai.

Hari itu, madinah mengenang masa saat masih ada Nabi Saw. Tak ada pribadi agung yang begitu dicintai seperti Nabi Saw. Dan adzan itu, adzan yang tak bisa dirampungkan itu, adalah adzan pertama sekaligus adzan terakhirnya Bilal Ra, semenjak Nabi Saw wafat. Dia tak pernah bersedia lagi mengumandangkan adzan, sebab kesedihan yang sangat segera mencabik-cabik hatinya mengenang seseorang yang karenanya dirinya derajatnya terangkat begitu tinggi.

Semoga kita dapat merasakan nikmatnya Rindu sebagaiman Bilal bin Rabah Ra. Aamiin...
Continue Reading
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Cahaya diatas Cahaya - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger