Fuad Syarif Hidayatullah

Refleksi Akhir Tahun

Rabu, 31 Desember 2014 | 0 komentar

Suatu hari seorang motivator sedang memotivasi para mahasiswa pada sebuah acara di salah satu Universitas ternama di kota Yogyakarta. Dengan suara lantang ia mengatakan bahwa:

“kesuksesan adalah suatu hal yang pasti,, sukses adalah kepastian!!”,

para peserta pun terdiam.. lalu ia melanjutkan:

“jadi kesuksesan adalah hal yang pasti kita capai, namun kita juga harus bisa mencapai syarat untuk mendapatkannya..  seperti ketika kita mengambil sebuah pena lalu kita angkat pena itu, jika kita melepaskannya dari tangan kita maka pena itu pun pasti akan jatuh, mau berapapun kita coba pena itu pasti akan jatuh jika kita lepaskan dari tangan kita, kenapa? karena kita telah memenuhi syarat dan usaha agar pena itu jatuh, yaitu melepaskannya dari tangan kita.. begitu juga ketika kita ingin sukses, jika kita terus berusaha dan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan kesuksesan itu maka kita akan mendapatkannya,, namun banyak dari mereka yang hanya tinggal selangkah lagi untuk mencapai kesuksesan itu tapi mereka menyerah,, karena jalan hidup ini tidak selalunya lurus, kadang berkelok bahkan berduri, namun banyak orang yang menyerah untuk tidak melanjutkan perjalannya menuju kesukesan itu padahal hanya tinggal selangkah lagi di depan mereka..”

*****

Malam ini adalah malam terakhir kita di tahun 2014, tepat jam 00.00 nanti kita akan memasuki tahun baru 2015 yang semoga di tahun yang akan datang kita bisa meningkatan kualitas diri kita dan bisa meningkatkan kebaikan dalam diri kita semua.. semoga apa yang kita cita-citakan di tahun 2015 nanti bisa kita raih.

Namun yang tak kalah pentingnya juga kita perlu untuk introspeksi (muhasabah) diri kita selama tahun 2014 ini. Apa yang kurang dari diri kita? Apa yang perlu kita benahi dan perbaiki lagi? Apa yang perlu kita kembangkan lebih baik lagi di tahun 2015 nanti? Siapkah kita untuk menghadapi kejutan-kejutan besar dengan meraih impian kita di tahun 2015 nanti? Yang mau Wisuda, yang mau Nikah, atau yang rencana dapet Kerja.. siapkah kita dikejutkan dengan itu semua?

Coba kita renungkan sejenak, jika kita sekarang telah berumur 20 tahun (misal). Perubahan apa yang sudah nampak pada diri kita untuk menyambut masa depan kita yang lebih cerah? Dari kita SD, cita-cita apa yang ingin kita capai? Lalu SMP, apa impian kita? Kemudian SMA, kita ingin jadi seperti apa? Saat di bangku Kuliah,, jalan mana yang kita pilih? Sudahkah kita mendekati cita-cita yang dulu menjadi mimpi kita? Sudahkah impian kita kini mulai nampak lebih jelas atau lebih terang? Atau malah semakin buram untuk kita capai? Inilah yang perlu kita renungkan di akhir tahun 2014 ini sebelum kita memasuki tahun 2015 nanti.

“Barang siapa hari ini LEBIH BAIK dari hari kemarin, dialah orang yang BERUNTUNG, barang siapa yang hari ini SAMA DENGAN hari kemarin dialah orang yang MERUGI dan barang siapa yang hari ini LEBIH BURUK dari hari kemarin dialah orang yang CELAKA.” (HR. Hakim)

Intinya adalah, gunakan waktu yang kita punya dengan hal-hal yang positif, yang bisa mengantarkan kita kepada kesuksesan baik di dunia dan akhirat kita kelak. Jangan kita penuhi aktifitas sehari-hari kita dengan hal-hal kurang bermanfaat atau bahkan yang akan merusak masa depan kita, karena kita adalah generasi muda yang mengemban tugas dan amanah yang besar dari agama dan bangsa kita. Jadikan moment akhir tahun ini sebagai sarana kita untuk bermuhasabah atau introspeksi diri kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Wallahu a’lam..



UNIRES - Yogyakarta
Rabu malam, 31 Desember 2014

Continue Reading

Cermin Diri Kita

Rabu, 24 Desember 2014 | 0 komentar

Siapa yang tak ingin memiliki istri shalihah? Atau suami yang shalih? Setiap orang  pasti punya keinginan untuk menyempurnakan separuh agamanya dengan mendapatkan seseorang yang baik.

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)...” (QS. An-Nur: 26)

Ayat tersebut diatas mungkin sering kali mendengarnya, tapi pernahkah kita merenungkannya?
Berawal dari ayat itulah artikel ini ditulis. Ayat tersebut seharusnya bisa menjadi sebuah Motifasi buat kita semua para pemuda-pemudi atau para remaja untuk selalu berusaha memperbaiki diri kita jika kita menginginkan di masa depan kita mendapatkan pendamping hidup yang baik, yang bisa menuntun kita ke dalam kehidupan yang baik di dunia dan akhirat,, karena pasangan kita adalah cerminan dari diri kita.

Pernahkan kita sedikit merenungkan sedang apa orang yang nantinya akan mendampingi hidup kita saat ini? Pernahkah kita berfikir mungkin “dia” -yang kita belum tau siapa orangnya- sedang melakukan apa yang kita kerjakan saat ini, hanya saja di sudut lain dunia.. yahh, mungkin saja “dia” sekarang sedang melakukan persis apa yang kita lakukan saat ini. Oleh karena itu coba kita introspeksi diri kita, apa yang kita lakukan saat ini? Atau apa yang sudah pernah kita lakukan dahulu? Sudah benarkah apa yang kita lakukan?

Jangan sampai kita melakukan hal-hal yang “keji(na’udzubillah), tapi kita tidak sadar bahwa “dia” juga saat ini sedang melakukan hal sama. Betapa hancurnya kita jika kita tau hal tersebut..

Oke, kalo misal ketika kita sudah menikah nanti kita akan meyakinkannya bahwa kita belum pernah melakukan hal-hal “keji” tersebut, tapi apakah kita bisa menjamin kalo “dia” juga tidak sedang menutupi masa lalunya yang suram di depan kita?? Coba renungkan..

Oleh karena itu, marilah kita selalu berusaha untuk terus dan terus memperbaiki diri kita jika kita juga ingin mendapatkan pendamping hidup yang baik, yang bisa selalu menjaga dirinya dan kehormatannya saat ini dan saat “dia” telah bersama kita nanti. Mari kita memohon ampun dan bertaubat kepada Allah dengan apa yang pernah kita lakukan sebelumnya, tentu dengan taubat yang sebenarnya.. semoga Allah menutup aib kita dan mengampuni dosa kita, kemudian Allah mempertemukan kita dengan orang yang baik. Aamiin..

Ketika kita ingin mendapatkan pendamping yang sesuai dengan apa yang kita idamkan, kita juga seharusnya bisa menempatkan diri kita sesuai dengan apa yang kita inginkan dari “dia”.. sebagai contoh adalah jika kita ingin mendapatkan seseorang yang shalihah atau shalih seharusnya kita juga bergaul dengan orang-orang seperti itu. Kita akan sangat sulit jika kita ingin seseorang yang pintar mengaji tapi kita cari di pasar, betul?

Intinya adalah lingkungan kita memiliki andil besar dalam mendapatkan pasangan kita.. ketika kita aktif di lingkungan masjid dengan orang-orang yang semangat mengikuti kajian-kajian, maka kita akan mendapatkan orang-orang seperti itu. Jika lingkungan kita adalah kampus maka kita akan mendapatkan orang kampus, jika kita aktif di sebuah organisasi maka kita juga akan mendapatkan di tempat itu, jika lingkungan kita pasar atau “aktifis” di caffe atau bar ya pasangan kita tidak jauh dari lingkungan seperti itu. Jadi, seperti apakah kita, maka itulah yang akan mendampingi kita..

Dia adalah cerminan diri kita, jangan rusak masa depan kita dengan apa yang kita lakukan saat ini.. jodoh itu di tangan Allah, salah jika orang mengatakan “menunggu”, karena kita yang harus menjemputnya dengan perilaku dan akhlak baik kita.


**********

Mengukir Cinta di Belahan Jiwa

Bila yang tertulis oleh-Nya engkau yang terpilih untukku,
Telah terbuka hati ini menyambut cintamu,,

Di sini segalanya akan kita malai mengukir buaian rindu yang tersimpan dulu,
Tuk menjadi nyata dalam hidup bersama..

Ijinkan aku tuk mencintaimu, menjadi belahan di dalam jiwaku,,
Ya Allah, jadikanlah ia pangantin sejati di dalam hidupku..

Wahai yang dicinta telah ku rela hadirmu temani relung hatiku,
Simpanlah jiwaku dalam do’amu, kan ku jaga cintamu,,

Wahai yang dicinta telah ku rela hadirmu temani relung hatiku,
Simpanlah nafasku dalam hidupmu, kan ku jaga setiamu..

“isteriku, ku tahu engkau bukanlah yang sempurna yang dihadirkan untukku, namun berikanlah aku kerelaan untuk menjadi kesempurnaan di dalam hidupmu untuk hari ini dan selamanya di dalam hidup kita,, karena aku ingin mencintaimu dengan imanku”

Apapun adanya dirimu, ku kan coba tuk tetap setia..
Begitu pula pada diriku, terimalah dengan apa adanya..

Selamat datang di separuh nafasku,,
Selamat datang di pertapaan hatiku...


UNIRES - Yogyakarta
Rabu Malam, 24 Desember 2014
Continue Reading

Adzan Terakhir Sahabat Bilal

Minggu, 14 Desember 2014 | 0 komentar

Semua pasti tahu, bahwa pada masa Nabi, setiap masuk waktu sholat, maka yang mengkumandankan adzan adalah Bilal bin Rabah. Bilal ditunjuk karena memiliki suara yang indah. Pria berkulit hitam asal Afrika itu mempunyai suara emas yang khas. Posisinya semasa Nabi tak tergantikan oleh siapapun, kecuali saat perang saja, atau saat keluar kota bersama Nabi. Karena beliau tak pernah berpisah dengan Nabi, kemanapun Nabi pergi. Hingga Nabi menemui Allah ta’ala pada awal 11 Hijrah.

Semenjak itulah Bilal menyatakan diri tidak akan mengumandangkan adzan lagi. Ketika Khalifah Abu Bakar Ra. memintanya untuk jadi mu’adzin kembali, dengan hati pilu nan sendu bilal berkata: “Biarkan aku jadi muadzin Nabi saja. Nabi telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi.” Abu Bakar terus mendesaknya, dan Bilal pun bertanya: “Dahulu, ketika engkau membebaskanku dari siksaan Umayyah bin Khalaf. Apakah engkau membebaskanmu karena dirimu apa karena Allah?.” Abu Bakar Ra. hanya terdiam. “Jika engkau membebaskanku karena dirimu, maka aku bersedia jadi muadzinmu. Tetapi jika engkau dulu membebaskanku karena Allah, maka biarkan aku dengan keputusanku.” Dan Abu Bakar Ra. pun tak bisa lagi mendesak Bilal Ra. untuk kembali mengumandangkan adzan.

Kesedihan sebab ditinggal wafat Nabi Saw., terus mengendap di hati Bilal Ra. Dan kesedihan itu yang mendorongnya meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan kemudian tinggal di Homs, Syria.

Lama Bilal Ra tak mengunjungi Madinah, sampai pada suatu malam, Nabi Saw hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya: “Ya Bilal, wa maa hadzal jafa’? Hai Bilal, kenapa engkau tak mengunjungiku? Kenapa sampai begini?.” Bilal pun bangun terperanjat, segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah pada Nabi. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Nabi….Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada Nabi Saw., pada sang kekasih.

Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucunda Nabi Saw., Hasan dan Husein. Sembari mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu Nabi Saw itu. Salah satu dari keduanya berkata kepada Bilal Ra.: “Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan buat kami? Kami ingin mengenang kakek kami.”

Ketika itu, Umar bin Khattab yang telah jadi Khalifah juga sedang melihat pemandangan mengharukan itu, dan beliau juga memohon Bilal untuk mengumandangkan adzan, meski sekali saja.Bilal pun memenuhi permintaan itu.

Saat waktu shalat tiba, dia naik pada tempat dahulu biasa dia adzan pada masa Nabi Saw masih hidup. Mulailah dia mengumandangkan adzan. Saat lafadz “Allahu Akbar” dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok nan agung, suara yang begitu dirindukan, itu telah kembali.

Ketika Bilal meneriakkan kata “Asyhadu an laa ilaha illallah”, seluruh isi kota madinah berlarian ke arah suara itu sembari berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun keluar.

Dan saat bilal mengumandangkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan. Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Nabi, Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya, lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai.

Hari itu, madinah mengenang masa saat masih ada Nabi Saw. Tak ada pribadi agung yang begitu dicintai seperti Nabi Saw. Dan adzan itu, adzan yang tak bisa dirampungkan itu, adalah adzan pertama sekaligus adzan terakhirnya Bilal Ra, semenjak Nabi Saw wafat. Dia tak pernah bersedia lagi mengumandangkan adzan, sebab kesedihan yang sangat segera mencabik-cabik hatinya mengenang seseorang yang karenanya dirinya derajatnya terangkat begitu tinggi.

Semoga kita dapat merasakan nikmatnya Rindu sebagaiman Bilal bin Rabah Ra. Aamiin...
Continue Reading
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Cahaya diatas Cahaya - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger