Fuad Syarif Hidayatullah

Menulis Adalah Mengukir Sejarah Kita

Minggu, 18 Mei 2014 | 0 komentar

Untuk kesempatan klai ini, aku mau berbagi tentang suatu pengalaman nih..
gini lho sib, pernah gak sih kalian ngerasain yang namanya rasa bosan dengan apa yang kita lakukan selama ini? pastinya pernah lah, iya kan?

Mengkin bagi temen-teman yang udah kerja kalo waktu kerja yan OK lah, karena kalo pas di tempat kerha kan mesti sibuk jadi mungkin ya gak sempet buat mikir mau ngapain gitu.. terus kalo udah pulang dari tempat kerja juga pastinya kan capek, tapi suatu saat pasti perhan lah ngerasian yang namanya bosan.

Terus buat temen-teman yang masih sekolah / kuliah kalo lagi jam kuliah ato di rumah pas banyak tugas juga gak sempet mikir mau ngapa, gitu.. ato juga kalo pas lagi banyak kegiatan Organisasi Mahasiswa, seminar, kajian de el el juga jarang kepikiran gitu yah?

Tapi yang jelas, kita semua pasti pernah ngalamin yang namanya rasa bosen dan pengin ngelakuin sesuatu yang beda dari biasanya. Mungkin di antara kita kalo lagi bosen ada yang berpikiran "ahh, mending gue jalan-jalan, nongkring bareng temen-temen aja...", tapi kalo ini udah biasa banget sob, Ok lah kalo kita ketemu sama temen-temen buat diskusi (ciieee) silaturahmi atau hanya sekedar mengobati kerinduan bareng mereka, hehehee.. tapi di sini aku mau kasih satu tips yang gak kalah manfaatnya dengan apa yang aku sebutin di atas tadi.

Yahh, kalo aku sendiri sebagai mahasiswa yang kurang suka pergi-pergi kalo gak ada hal-hal yang dirasa perlu, jadi kalo aku mau pergi tuh mikir dulu "ini kalo aku pergi, hal yang bermanfaat apa yang aku dapet??" (ciieee, hehehee), ehh, tapi kayaknya lebih tepat gini "aku mau pergi ada duit gak yah??" (kalo ini sih perhitungan banget yahh, hee). Ehm, tapi malah jadi ngelantur banget ngomongnya nih, kita kembali ke tema awal, yaitu gini.. kalo kita pengen melakukan sesuatu yang BERMANFAAT, GAK PERLU PAKE DUIT (malah bisa dapet duit loh), GEK CAPEK, LADANG DAKWAH dan MENGASILKAN PAHALA ada sebuah pesan dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, yaitu:

"barangsiapa memberikan contoh (mengajak) orang lain kepada suatu kebaikan (pahala), maka ia memperoleh pahala dari orang tersebut dan pahala orang-orang yang mengikutinya juga tanpa mengurangi pahala mereka, dan barangsiapa memberikan contoh (mengajak) orang lain untuk berbuat suatu keburukan (dosa), maka ia memperoleh dosa dari orang tersebut dan dosa orang-orang yang mengikutinya juga tanta mengurangi dosa mereka" (HR. Muslim)

Nah loohh, mau ngajak berbuat baik apa berbuat gak baik nih? karena ini adalah sebuah Multylevel pahala ato dosa, pilih mana coba? inilah spirit kita untuk memulai mengajak temen-temen kita untuk berbuat baik, yahh bisa dengan berbagai cara, salah satunya yaitu dengan menulis hal-hal yang bermanfaat..

Menulis gak harus dengan sesuatu yang terlalu berat-berat, ini bisa dimulai dari menulis apa aja yang bisa kita, diari mungkin? ato apa-lah, yang penting terus menulis, siapa tau dimulai dari seorang "penulis" diari tapi nantinya jadi seorang penulis Beken, Novel mungkin.. kan keren tuh, hee.. atau yang suka galau tuh, biasanya kalo lagi galau tuh tiba-tiba jadi seorang penyair hebat, tanpa belajar di Fakultas Sastra aja udah bisa bikin syair-syair panjang banget gitu (kayak yang udah pernah aja, haa), atau kalo mahasiswa bisa nulis resensi dari literatur ato buku-buku yang udah pernah dibaca.

Nah, kalo udah pengin nulis sesuatu yang agak beratan dikit materinya ya kita harus banyak-banyak baca buku, karena menulis juga harus diawali dengan suka baca buku, bukan begitu?

Kalo aku lagi kumpul-kumpul barena sama temen-temen yang suka menulis, ada beberapa hal atau perkataan yang selalu aku ingit dari mereka, karena itu menjadi sebuah motifasi buat terus menulis. Ada salah seorang seniorku yang bilang gini "Menulis itu Mengenyakan (bikin kenyang)", wahh, sampe segitunya yah, berarti kalo udah nulis dia udah gak inget makan, tapi itu keren, hehee..
ada juga yang bilang gini "kalo kita menulis dengan hati, pasti ada ada orang yang kan terpikat hatinya, entah itu pada apa yang kita tilis atau malah sama orang yang menulis", hahh, ada-ada aja nih..

Kalo aku sendiri bilang gini "Menulis adalah Mengukir Sejarah kita". Nah, tinggal kita mau mengukir seperti apa sekarang, kalo kita bisa mengukir ato menulis dengan tinta emas, kenapa gak??
Gimana sob? udah ada yang mulai beminat untuk menulis? belajar menulis bareng yuk...


SEKIAN, Semoga bermanfaat..
Salam Santun dan Ukhuwah
Continue Reading

Wajahmu Mengalihkan Duniaku

Sabtu, 17 Mei 2014 | 0 komentar

"dede tau mas cakep, tapi gak usah dipamer-pamerin gitu napa sih??"

JLEB..!!! aku kena telak dengan perkataannya yang to the point banget kayak gitu. Ternyata menasihati seseorang juga terkadang harus langsung mengena dan tegas, bukan hanya dengan cara menyindir atau dengan perkataan yang terlalu dibuat-buat bahkan terkesan basa-basi. yahh..tergantung SIKON (situasi dan konsumsi) juga sih.. ups, maksudku situasi dan kondisi. Contohnya ya itu tadi, dengan kata-kata yang menusuk gitu ternyata aku bisa langsung menerima, Alhamdulillah...

Sobat muda, Fesbuk bukanlah hal baru lagi di kalangan masyarakat saat ini baik anak muda, anak-anak kecil, bahkan orang tua-pun sudah tau tentang salah satu media sosial ini dan kebanyakan mereka juga sudah memiliki akun masing-masing.

Berlomba membuat status di fesbuk yang dapat mewakili isi hati sudah menjadi makanan kita sehari-hari, dengan mengharapkan "jempol" atau "komen" yang banyak merupakan hal yang menjadi kebanggaan tersendiri bagi kita yang membuat status tersebut. Bahkan fesbuk juga telah menjadi ajang tempat untuk menampilkan foto-foto terbaik bagi si pemilik akun fesbuk tersebut.

Foto yang ditampilkan kadang foto keluarga, teman, atau oarang-orang terdekat lain. Tapi para perempuan kayaknya lebih senang untuk menampilkan foto mereka sendiri. Yahh, mungkin untuk menarik perhatian orang lain kali yah, hehehehe.. Atau bisa jadi malah ketika dia memajang fotonya bareng sama orang yang "special" di hati. kalo ini sih tandanya untuk sebuah pengumuman "aku udah laku loh". Iya kalo itu adalah foto bareng pasangan yang udah HALAL, tapi yang parah kan kalo yang dipajang bukan pasangan yang HALAL.

Fesbuk merupakan sebuah komunitas atau bisa juga dikatakan sebagai dunia baru yang tidak nyata, tapi dengan individu-individu atau orang-orang yang benar-banar ada dan nyata. Nah, oleh karenanya, apa-pun yang kita masukan (upload) di sana maka itu akan menjadi konsumsi publik dan dapat dilihat olah semua orang di sana, bahkan kita tidak dapat mengambilnya lagi.

Coba kita renungkan, ketika kita meng-aplot foto kita atau apa aja di fesbuk misalnya, terus setelah kita apot ternyata ada orang yang liat terus langusng di-donlot. Nah, kalo udah gitu, meski-pun kita hapus apa yang kita aplot tadi, itu gak berarti kita sudah menarik gambar atau foto kita dari sana, kan udah ada yang donlot. Eh, tau-tau beberapa hari kemudian ternyata kita liat gambar atau foto yang kita udah hapus masih gentayangan di dunia maya, nahh loooo...

Lebih parah lagi kalo foto yang kita unggah itu ternyata disalah gunakan oleh orang-orang zalim yang tidak bertanggung jawab. Hal ini bisa berupa dengan cara mengubah, mengedit sedemikian rupa sesuai dengan keinginannya yang akan merugikan orang yang memiliki foto tersebut, na'udzubillah min dzalik.. Ini berlaku bukan hanya untuk kaum perempuan saja, tapi untuk kita semua baik laki-laki atau perempuan harus bisa menjaga 'Iffah (harga diri) kita.

Maka dari itu, aku bertanya pada kalian para suami atau yang akan menjadi suami. Apakah kalian rela jika istri atau calon istrimu dapat dengan mudah dipandang dan dinikmati kecantikannya oleh semua orang?? Bahkan sebagian dari laki-laki itu telah mempunyai foto istri atau calon istrimu?? Jujurlah kawan.. kalo aku sendiri eman-eman (sayang-bahasa jawa), karena aku ini adalah lelaki pencemburu..

Untuk perempuan yang sudah menjadi seorang istri atau yang akan menjadi istri juga aku bertanya kepada kalian. Apakah kalian rela jika suami atau calon suamimu dapat dengan mudah dipandang dan dinikmati kecantikannya oleh semua orang?? Bahkan sebagian dari perempuan-perempuan itu telah mempunyai foto suami atau calon suamimu?? Coba kita renungkan bersama kawan..

Aku mengatakan seperti ini karena kepedulianku kepada kalian kawan. Jika memang Allah telah menganugrahkan kepada kalian berupa wajah cantik atau tampan, maka bersyukurlah dengan menjaganya untuk tidak dipandang seenaknya oleh mata-mata yang tidak halal memandangnya. Jagalah perhiasan yang berupa kecantikanmu atau ketampananmu untuk suami atau istimu kelak.

SEKIAN, Semoga bermanfaat..

Salam Santun dan Ukhuwah
Continue Reading

Sate Ba'da Maghrib

Jumat, 16 Mei 2014 | 1komentar

Kisah nyata : Pengalaman di hari Senin, tanggal 12 Mei 2014

"abi abi, kayaknya kita udah lama gak maem sate ya abi?"

Sore itu, aku dan seorang temanku berencana untuk main (silaturahmi) ke rumah seorang ustadz yang aku sendiri sangat mengagumi beliau. Selain karena adanya suatu keperluan untuk bimbingan TA (tugas akhir) dengan beliau, kami berdua memilih waktu sore juga karena biar sekalian ngabuburit, siapa tau ntar disana dapat rizki makan ifthar dengan menu special, hanya dengan kata kunci "afwan ustadz, ana shoim..", hehehehe

Setelah kami mencari rumah beliau yang berada di sekitar Kauman Jogja, kami berdua-pun sampai di kediaman beliau dengan selamat (alhamdulillah) sekitar pukul 17.20 menjelang maghrib.

Setelah menghentikan motor kami di depan rumah beliau, kami sempat agak ragu atau kurang enak untuk mengetuk pintu karena samar-samar kami mendengar gelak tawa anak-anak beliau yang sedang bercengkrama bersama keluarga dari luar, sampai terucap dari bibir kami "ahh, agak gak enak juga yah mau bertamau jadi ganggu mereka yang lagi asyik kayak gitu..".

Tapi akhirnya, kami-pun memberanikan diri untuk mengetuk pintu..
tok tok tok,,, "assalamu'alaikum..", "wa'alaikumussalam..." dijawab oleh suara anak-anak kecil yang sangat menggemaskan. hee
Ternyata yang keluar membukakan pintu dan menyambut tamu yang datang ke rumah memang selalu anak-anak beliau, dan aku langsung teringat perkataan beliau ketika sedang memberi nasihat. Beliau mengatakan bahwa "sebuah kesalahan orang tua dalam mendidik anaknya adalah ketika ada tamu datang ke rumah sedangkan anak-anak sedang bermain, lalu orang tuanya menyuruh si anak untuk masuk, ini akan menimbulkan rasa kurang percaya diri pada anak-anak mereka".

"de, abinya ada di rumah gak?" tanyaku pada meraka, "ada.. tapi lagi istirahat, tadi siang barusan pulang dari Bandung", begitu jawabnya seorang anak yang masih duduk di bangku TK bernama Lukman. Sungguh halus anak ini, bahkan anak-anak beliau memang gampang sekali akrab dengan orang yang baru meraka kenal, karena baru saja akau usap rambutnya, dia langsung pagangin tanganku terus. hee

Kemudian seorang nenek-pun keluar menemui kami yang masih duduk di bangku luar sambil becanda bersama anak-anak yang menggamaskan seperti mereka.
"ada perlu sama ustadz Ridwan ya mas? tadi lagi di kamar mandi" kata nenek tersebut, "oh ya sudah, kami tunggu dulu sambil ke masjid sebelah, sudah adzan juga nek.." jawabku.

Lalu kami pamit untuk ke masjid terdekat, tapi sebelum kami berangakat, ternyata anak-anak ini ingin ikut kami ke masjid bersama kami (biaasanya mereka berangakat sama abinya). Tapi dengan perkenalan kami yang baru sebentar tadi aja mereka udah sangat akrab dengan kami. dan kami-pun berangkat ke masjid bersama.
*****

Setalah shalat, ustadz yang akan kami temui tadi naik mimbar untuk mengisi kultum (sudah menjadi kebiasan di masjid itu). Kami mendengarkan sambil si anak ini tidur-tiduran di pangkuanku kayak orang yang gak baru kenal..

"assalamu'alaikum, 'afwan waktu antum ke rumah tadi ana lagi di belakang..", kata beliau setelah selesai kultum dan kami dalam perjalanan ke rumah beliau dengan berjalan kaki (karena jarak masjid dan rumah beliau cukup dekat). "gak papa ustadz.." jawab kami. Kami ngobrol-ngobrol ringan sambil menuju rumah beliau.

"abi abi, kayaknya kita udah lama gak maem sate ya abi?" , itulah celotehan yang aku dengar dari bibir mungil seorang anak kecil bernama Lukman. Dengan polosnya ia mengutarakan keiinginannya kepada abinya. Yang ada di benakku saat itu adalah seorang anak yang masih duduk di banku SD minta sesuatu sama abunyi hanya dengan seperti itu, gak langsung mengatakan "abi, ayo beli sate". Ahh, lagi-lagi aku dibuatnya kagum dengan tingkah mereka. Melihat keluarga beliau aku jadi iri aja. hee

"kelak aku ingin punya anak seperti anak-anak beliau.."

Terkadang kita melihat orang tua yang kurang memperhatikan atau mungkin salah dalam menerapkan suatu metode dalam mendidik anaknya. Ini menjadi sebuah contoh bagaimana cara mendidik anak yang baik agak anak kita juga menjadi baik. Semoga ini bisa menjadi pelajaran dan renungan bagi siapa saja yang sudah atau akan menjadi orang tua yang mendambakan untuk mempunyai anak yang Shalih dan Shalihah.

SEKIAN...

Continue Reading

Mengenal Siapa Teman Terbaik?

Senin, 12 Mei 2014 | 0 komentar

Seorang teman, sedikti banyak, akan memiliki pengaruh pada diri seseorang. Baik dari sisi mental maupun spiritual. Tak jarang, seorang pengecut menjadi preman karena terpengaruh oleh kawan dekatnya yang begundal. Sebaliknya, teman shalih akan memberikan pengaruh kepada siapa yang berkawan dengannya.

Seorang muslim pasti menginginkan teman yang baik. Yaitu teman yang dapat melengkapi dan mensupportnya dalam menyempurnakan suatu tujuan. Namun untuk menentukan ciri teman yang baik sangatlah relatif, apalagi teman yang terbaik. Kerena terkadang seseorang sudah dianggap sebagai teman yang baik, sudah diberikan kepercayaan penuh, ternyata ujung-ujungnya malah berkhianat.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikanketerangan golongan-golongan yang haru didamba menjadi teman dekat di akhirat,

 وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا

"Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. Al-Nisa’: 69)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, “Suatu ketika seorang anshar datang kepada Rasulullah dalam keadaan sedih, maka Rasulullah menanyakan perihalnya, ”Hai fulan, apa yang membuatmu sedih?”. Lalu dia menjawab, ”Ada sesuatu yang saya pikirkan ya Nabiyullah”. “Apa itu?”, tanya Rasulullah.
Kemudian dia menjawab, ”Bahwasanya (pada hari ini) kami bisa menemuimu, bertatap wajah dan duduk bermajelis denganmu. Sedangkan esok (hari qiamat) kedudukanmu lebih tinggi bersama para Nabi yang kami tidak bisa mencapainya.” Maka Rassulullah tidak memberikan jawaban apa-apa sehingga malaikat Jibril datang dengan membawa ayat ini.”

Syarat untuk mendapatkan sebaik-baik teman hanyalah dua, sebagaimana yang tertera pada awal ayat, yaitu taat kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya. Abdurrahman As-Sa’di mengatakan, “Bagi siapa saja yang taat kepada Allah, maka akan dipertemukan dengan mereka.” (Taisir Karimur Rahman, hal. 166)

Jika kita pada hari ini tidak dapat bersama mereka di dunia, maka cintailah mereka. Dalam artian mengikuti jejak-jejaknya. Kerena dengan mencintai akan dikumpulkan bersama mereka di yaumil qiyamah.

Suatu ketika seorang Arab Badui datang kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan bertanya keheranan, “Dapatkah seseorang mencintai suatu kaum sedangkan dia belum pernah bersama mereka?” Rasulullah menjawab, “Seseorang itu akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya pada hari qiamat.” (HR. Tirmizdi no. 3629 )

Diriwayatkan dari Anas Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: ada seseorang bertanya kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tentang hari kiamat. Ia berkata, “Kapankah kiamat itu?” beliau menjawab, “Apa yang sudah engkau siapakan untuknya?” ia menjawab, “Tidak ada, kecuali aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“Engkau bersama dengan siapa yang engkau cintai.”

Anas bin Malik berkata: "Kami tidak pernah merasa gembira seperti kegembiraan kami dengan ucapan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:

أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai (di akhirat kelak).”

Kemudian Anas melanjutkan: “Sungguh saya mencintai Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam, Abu Bakar dan Umar dan berharap agar saya bisa bersama mereka (di akhirat kelak) disebabkan cintaku terhadap mereka, walaupun saya tidak beramal seperti amalan mareka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah, Abu Bakar dan Umar tidak lagi hidup bersama kita saat ini, namun kita masih bisa mencintai mereka dengan bukti aplikatif, yaitu mengikuti langkah-langkah mereka serta bisa selalu bersama dan mencintai orang-orang shalih, shiddiqin, dan para mujahidin yang sedang meraih gelar syuhada yang hidup sezaman dengan kita. Wallahu A’lam. [voa-islam.com]
Continue Reading

Menanamkan Adab Pada Anak Sejak Dini

| 0 komentar

Sesungguhnya Islam benar-benar menaruh perhatian yang sangat besar kepada manusia di dalam segalaurusannya (agama dan dunianya) di saat lapang maupun sulit, bangun maupun tidur, dikala bepergian maupun menetap, saat makan maupun minum, waktu bahagia maupun sedih. Tidak ada satu hal pun, baik kecil maupun besar, melainkan telah dijelaskan oleh Islam.Rasulullah telah menggoreskan buat kita melalui ucapan dan perbuatannya rambu-rambu adab yang seyogyanya ditempuh oleh setiap mukmin di dalam hidupnya. Rasulullah telah menjelaskan, siapa saja yang menghendaki kebahagiaan, hendaklah ia menempuh jalan hidup Rasulullah dan meneladani adabnya.

Tidak sedikit dari orang tua yang meremehkan pendidikan adab anak-anaknya. Pendidikan anak diserahkan kepada pembantu, sementara mereka sibuk dengan pekerjaannya. Mereka tidak menyadari betapa pentingnya pendidikan adab kepada anak ini. Maka tidak mengherankan ketika banyak dari kalangan anak TK atau SD yang kurang beradab kepada orang tua mereka sendiri, guru apalagi dengan temannya. Bahkan sampai usia SMP pun ketika shalat masih melakukan hal-hal yang tidak dibolehkan dalam shalat, misalnya ngobrol dengan atau menganggu temannya.

Pendidikan adab yang merupakan tanggung jawab utama para orang tua hendaknya telah dibiasakan sejak dini, dimulai sejak masa kanak-kanak. Mendidik anak dengan adab dan akhlak yang baik bukanlah perkara yang mudah. Sebab, lingkungan bergaul anak juga akan mempengaruhi adab kesehariannya meskipun telah diajarkan adab yang baik kepada anak tersebut. Pendidikan adab kepada anak hendaknya didahulukan daripada ilmu. Sebagaimana telah dicontohkan oleh para ulama terdahulu.

Al Imam Abu Abdillah Sufyan Ats Tsauri rahimahullahu ta’ala, seorang tabi’ tabi’in, beliau berkata:“Mereka-mereka dulu (para salaf) tidak mengeluarkan anak-anak mereka untuk pergi menuntut ilmu hingga anak-anaknya telah diajar adab terlebih dahulu dan memperbanyak ibadah 20 tahun”.

Jadi sebelum menuntut ilmu yang begitu banyak cabang-cabangnya dengan sangat detail para ulama salaf (yakni yang disaksikan oleh Al Imam Sufyan Ats Tsauri dari kalangan tabi’tabi’in), mereka tidak mengutus anaknya untuk menuntut ilmu kecuali telah selesai persoalan adab dan ibadah mereka yakni adab sebelum menuntut ilmu.

Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma pernah menasihati anaknya, “Wahai anakku jika engkau menghadiri majelis para ulama maka hendaknya engkau lebih semangat mendengar ketimbang berbicara, belajarlah dengan baik sikap diam dan jangan engkau memotong pembicaraan seseorang hingga dia berhenti berbicara”.

Imam Abdullah bin Mubarak rahimahullahu ta’ala (seorang tabi’ tabi’in)., salah seorang ulama yang mengumpulkan seluruh cabang ilmu, dari ilmu hadits, qur’an, fiqh dan lain-lain. Beliau adalah sumber rujukan di samping keutamaan yang lain dari sisi ibadah, infak, jihad, dll), beliau mengatakan: “Saya menuntut adab selama 30 tahun dan saya menuntut ilmu cuma 20 tahun dan mereka dulu mempelajari adab terlebih dahulu sebelum mempelajari ilmu”.

Diantara adab (selain adab kepada Allah dan Rasul-Nya) yang harus ditanamkan pada anak sejak dini adalah bagaimana menghormati orang yang lebih tua (termasuk gurunya) dan sesama temannya.

Dari Ubadah bin Shomit radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak termasuk golongan kami seorang yang tidak menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi orang yang lebih muda serta tidak mengenali hak dari orang alim diantara kami” (HR. Ahmad dan Hakim serta haditsnya dinyatakan hasan oleh Syaikh Albani dalam Shohih Al Jami’ Ash Shoghir).

Demikianlah Islam mengajarkan kepada kita betapa mulianya kedudukan adab dibandingkan ilmu. Maka sudah sepantasnya bagi para orang tua untuk membekali adab kepada anaknya terlebih dahulu sebelum mengajarkan ilmu-ilmu yang lain. Orang tua juga hendaknya selektif dalam memilih sekolah bagi anaknya (sekolah yang baik), baik bukan karena prestasi keilmuan sekolah tersebut akan tetapi karena adab dan akhlak yang dimiliki oleh pengajar atau pengelola sekolah tersebut serta materi-materi yang diajarkan mengarah pada pembentukan karakter yang islami. Tak lupa pula orang tua hendaknya memperhatikan lingkungan bergaul anak, karena lingkungan juga memiliki pengaruh besar terhadap karakter keseharian anak. Semoga bermanfaat.. [belajarislam.com]

Wallahu a’lam bishawwab
Continue Reading
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Cahaya diatas Cahaya - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger